Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Skandal Profesor, Naik Jabatan Cara Instan

11 Juli 2024   17:59 Diperbarui: 11 Juli 2024   18:02 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhasil, banyak dosen yang mengejar jurnal terindeks Scopus. Kewajiban ini pada akhirnya melahirkan ide bisnis berbentu jurnal predator. Mereka adalah spesialis sulap menyulap yang bisa diandalkan kapan saja sesuai target. 

Sebagaimana hukum ekonomi, saat permintaan besar sementara komoditas langka, harga jual akan naik. Jurnal predator punya tarif tinggi, namun peminatnya tetap ada. 

Tentu saja ini cukup beralasan. Proses publikasi jurnal sekelas Scopus tidak main-main, idealnya 1-2 tahun untuk korespondensi sebelum akhirnya diterima. Bisa dibayangkan, tipe orang seperti apa yang memiliki nilai kesabaran untuk menunggu proses selamam ini?

Perkaranya tidak semata pada proses, kecakapan dan keahlian penulis adalah nilai tawar untuk bisa diterima. Jadi, akademisi dengan nilai kesabaran tipis dan tidak mau jujur lebih memilih jalan pintas. Mengeluarkan uang besar tanpa harus bersusah-payah membutakan idealisme sebagian pendidik. 

Di kampus, mereka mengajarkan arti kejujuran pada mahasiswa, lalu menukar dengan ketidakjujuran untuk meraih gelar idaman. Permainan jual-beli karya ilmiah melalui jalur instan berujung cacat moral. 

Kejujuran yang Diabaikan

Skandal profesor boleh jadi lapisan es di permukaan. Jika ditelusuri lebih lanjut, tidak menutup kemungkinan puluhan atau mungkin ratusan kasus dengan latar belakang berbeda mampu diungkap.

Nilai kejujuran semakin menipis. Orang tidak lagi merasa malu untuk melakukan sesuatu yang bertolakbelakang dengan nilai atau prinsip hidup. Apalagi hal ini terjadi di dunia akademisi yang seharusnya memegang erat asas kejujuran. 

Apakah syarat menjadi guru besar semakin sulit?

Mekanisme perekrutan dosen di Indonesia dan masa jabatan panjang membuat kualitas dosen menurun. Tidak semua dosen yang sudah terseleksi memiliki kemampuan yang baik dalam hal menulis. 

Seleksi dosen tidak mensyaratkan calon dosen mahir menulis. Tolak ukurnya hanya merujuk pada kemampuan akademik dan kemampuan mengajar. 

Lalu, setelah menjabat jabatan struktural, mereka mau tidak mau harus menulis. Sebagian sudah terlatih menulis dari jenjang S2 dan S3, namun sebagian lagi masih tertatih untuk menuju kesana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun