Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Skandal Profesor, Naik Jabatan Cara Instan

11 Juli 2024   17:59 Diperbarui: 11 Juli 2024   18:02 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
skandal profesor|ilustrasi gambar:freepik.com

Koran tempo halaman depan memajang judul besar "SKANDAL GURU BESAR ABAL-ABAL". Isinya cukup mengejutkan dunia akademisi. Pasalnya, ada banyak gelar profesor abal-abal yang berhasil disematkan pada orang-orang tidak kompeten.

Gelar profesor yang mereka raih dilalui dengan cara instan. Jurnal predator dan peran orang dalam (ordal) mempermulus akses jalan menuju profesor.

Tak main-main, pemalsuan tanda tangan pejabat kampus dan rekayasa korespondensi dengan penerbit jurnal mewarnai jalan menuju gelar tertinggi akademik. Kasus ini muncul pada tahun 2023 di sebuah kampus Kalimantan Selatan. 

Gelar profesor yang tersemat diperoleh dengan cara janggal. Tak ayal, akademisi yang berlaku jujur heran bagaimana 'mereka' memangkas waktu, hingga berhasil menyematkan gelar di awal nama. Aneh kedengarannya, tapi nyata keberadaannya.

Kasus jurnal bodong bukan hal baru lagi. Bahkan, iklan-iklan penawaran bantuan menulis karya ilmiah bertebaran di sosial media. Ada yang mematok harga jutaan belasan sampai puluhan juta.

Intinya, cukup serahkan uang dan nama untuk dilampirkan sebagai penulis utama. Masalah data dan siapa itu urusan di belakang layar utama. Uniknya lagi, nilai kejujuran hilang digantikan pembohongan terang terangan. 

Ketentuan menjadi Guru Besar

Idealnya, menjadi guru besar bukan perkara mudah. Ada beberapa syarat utama yang wajib dilalui. Diantaranya: (1). Mempunyai ijazah doktor atau sederajat, (2). diperoleh setelah tiga tahun mendapatkan ijazah doktor, (3). minimal sudah menjadi dosen selama 10 tahun, (4). memiliki karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi, dan yang terakhir (5). mencapai angka kredit sedikitnya 850 pon. 

Dari kelima syarat tersebut, poin nomor empat (4) terkesan menyulitkan bagi mereka yang bukan penulis aktif. Untuk bisa menembus jurnal sebagaimana disyaratkan, setidaknya dosen yang ingin meraih gelar profesor perlu aktif menulis. 

Pada kenyataannya, harus kita akui bahwa hanya sedikit dosen yang aktif menulis di Indonesia. Alasan utama boleh jadi karena faktor beban akademik seperti mengajar dan mengabdi yang boleh jadi memecah fokus. 

Nah, bagi dosen berprestasi luar biasa dapat diangkat ke jenjang akademis dua tingkat lebih tinggi. Ini berarti calon guru besar minimal wajib berstatus lektor. Untuk itu, dosen yang lompat jabatan dari lektor ke guru besar harus menulis empat artikel di jurnal ilmiah bereputasi. 

Alhasil, banyak dosen yang mengejar jurnal terindeks Scopus. Kewajiban ini pada akhirnya melahirkan ide bisnis berbentu jurnal predator. Mereka adalah spesialis sulap menyulap yang bisa diandalkan kapan saja sesuai target. 

Sebagaimana hukum ekonomi, saat permintaan besar sementara komoditas langka, harga jual akan naik. Jurnal predator punya tarif tinggi, namun peminatnya tetap ada. 

Tentu saja ini cukup beralasan. Proses publikasi jurnal sekelas Scopus tidak main-main, idealnya 1-2 tahun untuk korespondensi sebelum akhirnya diterima. Bisa dibayangkan, tipe orang seperti apa yang memiliki nilai kesabaran untuk menunggu proses selamam ini?

Perkaranya tidak semata pada proses, kecakapan dan keahlian penulis adalah nilai tawar untuk bisa diterima. Jadi, akademisi dengan nilai kesabaran tipis dan tidak mau jujur lebih memilih jalan pintas. Mengeluarkan uang besar tanpa harus bersusah-payah membutakan idealisme sebagian pendidik. 

Di kampus, mereka mengajarkan arti kejujuran pada mahasiswa, lalu menukar dengan ketidakjujuran untuk meraih gelar idaman. Permainan jual-beli karya ilmiah melalui jalur instan berujung cacat moral. 

Kejujuran yang Diabaikan

Skandal profesor boleh jadi lapisan es di permukaan. Jika ditelusuri lebih lanjut, tidak menutup kemungkinan puluhan atau mungkin ratusan kasus dengan latar belakang berbeda mampu diungkap.

Nilai kejujuran semakin menipis. Orang tidak lagi merasa malu untuk melakukan sesuatu yang bertolakbelakang dengan nilai atau prinsip hidup. Apalagi hal ini terjadi di dunia akademisi yang seharusnya memegang erat asas kejujuran. 

Apakah syarat menjadi guru besar semakin sulit?

Mekanisme perekrutan dosen di Indonesia dan masa jabatan panjang membuat kualitas dosen menurun. Tidak semua dosen yang sudah terseleksi memiliki kemampuan yang baik dalam hal menulis. 

Seleksi dosen tidak mensyaratkan calon dosen mahir menulis. Tolak ukurnya hanya merujuk pada kemampuan akademik dan kemampuan mengajar. 

Lalu, setelah menjabat jabatan struktural, mereka mau tidak mau harus menulis. Sebagian sudah terlatih menulis dari jenjang S2 dan S3, namun sebagian lagi masih tertatih untuk menuju kesana. 

Lantas, nilai kejujuran dipertaruhkan untuk mencapai poin yang diharapkan. Kalau bakat menulis tidak ada ditambah sifat malas yang mendarah daging, siapa yang kemudian menjadi ghost writer untuk memupuk bakat agar terlihat sebagai penulis utama?

Ya, lahirlah jurnal predator dengan bakat terpendam. Asal harga cocok, persyaratan bisa dibahas di belakang. Lagipula, cara instan sama-sama melibatkan aktor dengan prinsip hidup yang sama. Uang ada, nama siapa saja bisa disulap menjadi penulis bayangan.

Urusan malu nanti saja. Demi jabatan yang dikejar, lupakan dulu prinsip hidup yang benar. Ah, bagaimana nasib mahasiswa di bawah bimbingan dosen tipe instan ini. Apakah mereka kelak melanjutkan nilai yang sama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun