Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompleksitas PPDB dan Rendahnya Mutu Sekolah Negeri

2 Juli 2024   13:04 Diperbarui: 2 Juli 2024   13:08 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fasilitas sekolah buruk|https://rm.id

Andrew berpendapat jika kualitas sistem pendidikan Indonesia bergantung pada pergantian kekuasaan antara koalisi yang saling berkompetisi. Dengan kata lain, kebijakan pendidikan dan implementasinya berjalan lurus dengan kepentingan pemegang kekuasaan.

Frasa "internationally competitive" yang digaungkan oleh pemerintah seakan bertolak belakang dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Kualitas sekolah di Indonesia belum sepenuhnya mampu menfasilitasi pendidikan berstandar nasional, apalagi internasional.

Anak-anak di seluruh Indonesia mungkin sudah lebih gampang mengakses pendidikan, namun menjamin mutu pendidikan sesuai standar nasional masih jauh panggang dari api. 

Hanya anak-anak yang 'beruntung' bisa sekolah dengan standar mutu baik. Buruknya lagi, sistem PPDB sejatinya berfungsi sebagai saringan murid-murid berkualitas untuk mengenyam pendidikan di sekolah berkualitas. 

Bagaimana dengan calon siswa yang  biasa-biasa saja?

Pilihannya cukup memilih sekolah yang kualitasnya berada di bawah sekolah favorit. Lalu, berdo'a agar guru-guru mengajar dengan baik untuk mengimbangi kualitas pengajaran sekolah favorit.

Indonesia tidak sedang kekurangan dana untuk membangun sekolah dengan standar yang sama. Hanya saja, fokus anggaran tidak pada menyetarakan kualitas dan fasilitas sekolah di seluruh provinsi. 

Yakinlah bahwa Indonesia cukup mampu membangun sekolah bermutu dan menyediakan anggaran untuk menyamaratakan kualitas guru. Lalu, kenapa ini tidak dilakukan? kembali kepada dua hal tadi, pemegang kekuasaan menentukan kemana anggaran berakhir.

Tidak berlebihan jika kualitas pendidikan di seluruh Indonesia sulit untuk disamaratakan. Toh, setiap kekuasaan berganti, berubahlah kurikulum. Seterusnya, puluhan sampai ratusan pelatihan untuk guru dihadirkan bak pahlawan di siang bolong. 

Guru terus dilatih, bahan ajar terus dirubah, fokus pengajaran pun diganti. Tidak terhitung berapa anggaran pendidikan yang sudah dikeluarkan. Apa tujuan dari semua ini? apakah sekedar melakukan kelinci percobaan?

Sampai tahun 2011, Indonesia setidaknya memiliki lebih dari 200 ribu sekolah dan tiga juta guru (baca disini). Saat ini, jumlah sekolah sudah menyentuh angka 300 ribu dengan 50 juta siswa. 

Akses sekolah jauh lebih terbuka, tapi kualitas lulusan tidak lebih baik. Kemampuan membaca, matematik, dan sains siswa Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara di Asia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun