Begitu banyak masalah berkenaan dengan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Indonesia. Indikasi akar masalah berawal dari minimnya daya tampung sekolah dan rendahnya kualitas sekolah negeri.
Kualitas atau Kuantitas
Coba perhatikan berapa jumlah siswa per kelas di sekolah negeri di Indonesia? lalu, bandingkan dengan daya tampung sekolah. Maka, naluri akan menuntun kita untuk melihat apakah sekolah fokus pada kualitas atau kuantitas.Â
Jika ingin mengandai-andai dan berkata jujur, kualitas sekolah negeri di Indonesia masih sangat rendah. Kalaupun ada sekolah yang dibanggakan, kebanyakan adalah sekolah dengan lebel 'unggul'atau 'model'.
Sebuah artikel yang ditulis oleh profesor Andrew Rosser  asal Australia berjudul "Beyond access: Making Indonesia's education system work" cukup memberi jawaban mengenai akar masalah pendidikan di Indonesia.Â
Menurutnya, dua alasan utama kualitas pendidikan Indonesia rendah adalah politik dan kekuasaan. Sekilas, kita berasumsi bahwa kekurangan alokasi dana pendidikan dan kualitas guru lebih masuk akal jika harus dikaitkan dengan rendahnya mutu pendidikan Indonesia.
Namun, kepentingan politik dan kekuasaan menjadi dua faktor penentu kualitas pendidikan. Terciptanya regulasi, kebijakan, dan perubahan kurikulum selalu berkaitan erat dengan siapa yang memegang kekuasaan dan dominasi politik di dalamnya.Â
Perubahan kurikulum oleh pemimpin berbeda terbukti tidak membawa pendidikan ke arah yang lebih baik. Setiap pergantian pemimpin, ada unsur kepentingan dari setiap kebijakan dan perubahan peraturan.Â
Apakah ini sebuah kebutulan?
Jelas tidak!.Â
Merubah wajah pendidikan idealnya bertitik pada kualitas. Gedung-gedung sekolah yang terlihat 'wah' dan megah belum mampu. merubah perilaku dan daya pikir siswa.Â