Memiliki pabrik semikonduktor sendiri sama halnya dengan membangun keamanan negara. Memasok chip buatan asing rentan akan kebocoran data sebagaimana gugatan Amerika pada Tiongkok.
Amerika takut pada Tiongkok bukan karena mereka sudah berada di urutan pertama dalam hal ekonomi, namun lebih kepada kemampuan Tiongkok menciptakan chip dengan kapasitas penyimpanan besar.
Bagi Amerika ini adalah ancaman serius yang perlu ditanggapi dengan kebijakan pemutusan bebarapa hubungan dagang. Amerika pun sadar dan mulai membangun pabrik semikonduktor dalam negeri sendiri baru-baru ini.Â
Walau sebenarnya sedikit terlambat, setidaknya Amerika sudah memulai untuk membangun kekuatan dari dalam negeri. Amerika tidak mau data penduduk bocor karena penggunaan chip dari Tiongkok.Â
Bagaimana dengan Indonesia yang belum terjaga dan terus bergantung pada pabrikan semikonduktor luar negeri?
Nah, kalau Indonesia terlalu fokus untuk menanam singkong dan menebang hutan untuk membangun bangunan, maka kedepannya kekuatan teknologi akan terus tertinggal jauh di belakang.
Taiwan yang negaranya kecil saja mampu membangun kekuatan dengan perusahaan semikonduktornya. Itu menjadi nilai tawar bagi diplomasi politik tentunya.
Bukankah hari ini Indonesia masih belum mampu memproteksi data penduduk?
Isu hilirisasi memang hangat diperbincangkan, tapi sudahkah pemerintah mengolah sumber daya alam untuk kebangkitan teknologi dalam negeri.Â
Sebenarnya, Indonesia bukan hanya mampu untuk membangun perusahaan semikonduktor jika serius berbenah. Elon musk saja tertarik dengan Indonesia, tapi ya sekedar melirik saja.
Intel berhasil meraup keuntungan sampai 900 trilyun rupiah pada tahun 2022. Bukankah itu angka fantastis?