Makanya, berbagai pelatihan dikejar demi sertifikat. Sertifikat membuka jalan sertifikasi. Akhirnya, sulit membedakan antara guru berkualitas dan guru bersertifikat.
Syarat administrasi kerapkala mudah untuk dimanipulasi dan disalahgunakan. Cukup hadir di seminar atau workshop dan cantumkan nama di sertifikat.Â
Alhasil, Tujuan dari sebuah seminar lari dari kodratnya. Guru lebih tertarik mengejar sertifikat daripada ilmu yang didapat. Makanya, ada istilah certificate teacher, sebutan plesetan atas certified teacher.Â
Ya, begitulah faktanya. Dosen-dosen pun harus mengejar akreditasi dengan publikasi yang diakui. Tak jarang, ada yang sekedar mencantumkan nama untuk sebuah syarat administrasi.
Sebagaimana hukum ekonomi, supply and demand. Muncullah jurnal abal-abal sampai joki penulisan karya ilmiah untuk jurnal bereputasi.Â
Banyak yang mencari jalan pintas dan membenarkan cara tersebut. Alih-alih memberi contoh tauladan untuk mahasiswa, beban administratif seringkali membutakan akal sehat.
Lantas, dengan biaya kuliah yang semakin tinggi, apakah orang tua mampu menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Disisi lain, kampus-kampus di luar negeri banyak yang menawarkan beasiswa.
Mungkinkan kedepan anak negeri lebih memilih kuliah di luar negeri karena kualitas lebih terjamin?
Who knows!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H