Kalau versi virtual, semua bisa dipangkas jadi lebih pas. Anggaran kertas dihilangkan, beban petugas dikurangi, dan yang paling penting, waktu mencoblos jauh lebih efisien.
Kesimpulan
Dari semua pemaparan di atas, ada satu hal yang mungkin dipertanyakan. Apa itu? akses pada smartphone bagi mereka yang tidak memiliki smartphone.Â
Namun, jika dicermati,  jumlah kepemilikan smartphone di Indonesia sangat besar. Mekanisme pemilu lewat aplikasi sangat mungkin dilakukan.Â
Solusi bagi yang tidak memiliki smartphone dibolehkan memakai punya orang lain, semisal milik anak. Cukup verifikasi nama dan kata kunci yang bisa diperoleh dengan mendaftar dari aplikasi.Â
Lantas, maukah negara merubah sistem pemilu dari manual ke virtual?
Itu yang akan menjadi polemik. Saya sangat yakin banyak yang tidak akan setuju, terlebih bagi mereka yang menjadikan pemilihan umum sebagai 'lahan basah'.
Ya, semua orang tahu momen pemilu menjadi lahan basah yang dapat mendatangkan uang besar dalam sekejap bagi kalangan tertentu.Â
Sedangkan petugas kpps seringnya menjadi korban sistem kerja berlebih. Berdasarkan paparan kementerian keuangan, pemilu 2024 menghabiskan anggaran hingga Rp. 71,3 trilyun.
WOW. Fantastis bukan?
Gimana pendapat sobat sekalian? Mau sistem manual atau virtual? Berikan komentar di bawah ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H