Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tantangan Membangun Kota Mandiri Berbasis Nilai Adat

15 Januari 2024   13:01 Diperbarui: 24 Januari 2024   16:00 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fasilitas apa saja yang bisa diperoleh? Pusat bisnis, hotel, sekolah, termasuk lapangan golf. Tergoda tinggal di sana?

Siapa yang diuntungkan? Pasar saham LPKR naik drastis. Anda tentu tahu siapa yang memanen uang di tanah tersebut!

Dalam tulisan ini, saya tidak ingin membahas nilai saham dari kota mandiri, tapi lebih kepada dampak kota mandiri pada hilangnya nilai adat. 

Nilai Adat vs Kota Mandiri

Nilai-nilai sosial dalam kehidupan erat kaitannya dengan bagaimana sebuah komunitas dibangun. Tidak perlu melihat jauh, perhatikan saja perbedaan antara kehidupan kota dan desa. 

Di desa, masyarakat hidup dengan sebuah nilai. Nilai-nilai ini lahir dari adat istiadat yang terus dipertahankan. Nilai musyawarah dan kekeluargaan dipegang kuat, sehingga nilai kenyamanan dan keamanan hadir dalam kekompakan bersama. 

Berbeda dengan area perkotaan. Kesibukan dan pagar rumah menjadi sekat pemisah antar penghuni. Akibatnya, interaksi sosial hanya terjadi pada momen sakral saja, itupun tidak melibatkan setiap orang.

Gap pemasukan juga kerap kali menjadi sekat pemisah antar rumah. Mereka yang cukup secara finansial lebih memilih cara instan yang tidak merepotkan. Jelas saja, wedding organizer laku keras di area perkotaan. 

Komplek perumahan di kota-kota tanpa kita sadari mempersempit gerak antar penghuni. Walaupun secara fasilitas serba ada, tapi interaksi dan tatap muka semakin sedikit. 

Antar tetangga boleh jadi tidak saling mengenal dan kepedulian secara kolektif memudar. Lihat saja angka pembunuhan di kompleks-kompleks perumahan elit. Tingkat kepedulian antar sesama meredup, sebagaimana terkikisnya intensitas komunikasi bersama.

CCTV menjadi andalan untuk memastikan keamanan. Masing-masing condong bertanggung jawab akan diri sendiri. Teguran dan sapaan bukan lagi penguat nilai kebersamaan.

Kota mandiri memberi kebebasan dan kenyamanan. Semua tersedia dan mudah diakses, tapi tidak dengan nilai kekeluargaan. Walaupun masyarakat hidup dalam kompleks yang sama, kepedulian antar sesama nyaris pudar dengan kesibukan dan ketertutupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun