Vania mungkin bukan satu-satunya yang bisa berbahasa asing mendekati kemampuan penutur asli (native speaker). Tapi yag pasti, butuh motivasi tinggi untuk berada di level tersebut.Â
Kualitas berbahasa seseorang berbanding lurus dengan jumlah input yang diterima dan bagaimana ia memprosesnya dengan melatih berbicara terus menerus tanpa bosan.
Ketika otak menyimpan bahasa pada pikiran bawah sadar, maka seseorang tidak lagi harus berpikir saat menggunakannya. Bahkan, indikasi seseorang sudah memiliki output yang bagus bisa terlihat dari seberapa nyamannya ia saat berbicara dalam bahasa asing.
Nah, jika demikian, siapa saja bisa belajar bahasa asing dan menguasai dengan baik. Pertanyaannya, apa tujuan kita menguasai bahasa asing? sekedar tahu saja atau hanya untuk bergaya.Â
Cepat atau tidaknya seseorang menguasai satu bahasa tidak sepenuhnya diukur pada berapa lama ia sudah belajar. Toh kita menyaksikan sendiri berapa banyak orang yang belajar bahasa Inggris di sekolah, tapi hasilnya nihil.
Ya, belajar bahasa secara formal di sekolah tidak bisa dijadikan standar keberhasilan menguasai bahasa. Bisa jadi kita terpaksa belajar karena berharap mendapat skor bagus, sedangkan kita sama sekali tidak memiliki motivasi untuk mempelajarinya.Â
Hanya sedikit orang yang termotivasi belajar bahasa asing. Pun demikian, keberhasilan mereka menguasai bahasa asing erat kaitannya dengan kemauan belajar tinggi dan tidak gampang menyerah.Â
Mungkin, Vania termasuk salah satu diantaranya. Walaupun tidak pernah belajar bahasa Jepang dalam kelas, ia menjadi contoh langka bahwa kemauan yang kuat tidak menutup segala kemungkinan.
If there is a will, there is a way ! barangkali, itulah pribahasa yang tepat disandingkan padanya. Cara bisa dicari jika kemauan sudah bulat. Intinya bukan pada kemampuan, tapi lebih kepada kemauan.Â
Bagaimana menurut anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H