Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Vania Indomaret dan Kemampuan Berbahasa Asing

3 Januari 2024   21:05 Diperbarui: 4 Januari 2024   18:21 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vania Indomaret | Tangkapan layar via Kompas.com

Vania viral karena fasih berbahasa Jepang. Orang-orang tidak sepenuhnya percaya jika ia belajar bahasa Jepang hanya dengan nonton anime Jepang. Bahkan, Vania tidak memiliki kamus bahasa Jepang dan tidak pernah kursus bahasa Jepang.

Kasus seperti ini langka, namun bukan berarti mustahil. Sebagai pembelajar bahasa dan pengajar bahasa asing, saya pribadi percaya jika Vania bisa lancar karena input dari menonton anime.

Belajar bahasa asing jelas tidak mudah. Ketika belajar bahasa Mandarin, saya menghabiskan waktu setidaknya 6 bulan belajar intonasi dan aturan dasar.  Setiap bahasa memiliki tingkat kesulitan berbeda.

Lantas, benarkah input langsung dengan menonton lebih memudahkan seseorang untuk belajar bahasa asing?

Jawabannya, sangat bisa!. 

Namun, input saja tidaklah cukup. Untuk memperoleh output yang baik, seseorang perlu mempraktekkan apa yang sudah didengarnya sebanyak mungkin. 

Belajar bahasa langsung di negara asalnya juga tidak menjamin seseorang untuk fasih berbahasa asing. Ketika dulu sempat kuliah di Amerika, saya bertemu banyak mahasiswa asing dari berbagai negara:mayoritas berasal dari Cina, Jepang, dan Arab Saudi.

Apakah mereka fasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris? TIDAK! hanya 1 dari 5 yang benar-benar mudah dipahami. Faktor utamanya karena mereka lebih sering memakai bahasa sendiri ketika berkumpul dengan teman senegara. 

Jadi, mau dimanapun kita berada, sangat mungkin untuk menguasai bahasa asing. Kuncinya dua: termotivasi belajar bahasa asing dan mendapatkan input langsung dari sumber otentik.

Kemauan besar untuk menguasai bahasa asing secara tidak langsung membuat seseorang dapat belajar lebih cepat. Saya menemukan fakta yang sama ketika mengajari bahasa Indonesia ke orang asing. 

Semakin sering seseorang melatih mendengar dan menonton video bahasa asing, maka otak akan menyimpan input dan memindahkannya pada pikiran bawah sadar seiring intensitas pemakaian bahasa tersebut bertambah. 

Input yang diperoleh secara tidak formal dengan menonton memberi dampak lebih besar ketimbang belajar bahasa dalam kelas dengan cara ikut kursus. Kenapa? karena motivasinya beda, hasilnya juga pasti beda.

Saya merasakannya ketika belajar bahasa Inggris dan Mandarin. Dengan memperbanyak input dari tontonan, kemampuan berbahasa lebih terasah dan fleksibel.

Sebenarnya, seseorang yang sudah menguasai sedikitnya dua bahasa akan lebih mudah belajar bahasa ketiga. Mayoritas orang Indonesia menguasai dua bahasa: Indonesia dan bahasa daerah. 

Tidak heran, orang Indonesia sejatinya jauh lebih mudah untuk menguasai bahasa asing jika memang punya motivasi tinggi untuk menguasai bahasa tersebut. 

Mereka yang sudah menguasai dua bahasa sejak kecil memiliki kecendrungan lebih cepat beradaptasi dengan bahasa ketiga, keempat atau kelima. Terlepas dari kemungkinan mempertahankannya dalam waktu lama saat dewasa. 

Perlu diingat, belajar bahasa asing di waktu kecil efeknya tidak sama dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan ada bagian otak yang memang berfungsi dominan untuk menangkap aksen.

Orang dewasa tidak lagi memilik keistimewaan layaknya anak kecil yang belajar bahasa. Makanya, anak kecil lebih cepat menguasai bahasa asing dibandingkan orang dewasa. 

Meskipun demikian, kemampuan berbahasa di waktu kecil tidak lantas menjamin seseorang mampu menyimpan apa yang sudah dikuasai sampai dewasa. 

Banyak anak kecil yang pernah belajar bahasa Inggris di negara berbahasa Inggris, namun ketika kembali ke Indonesia gagal mempertahankan kemampuan berbahasa mereka. 

Tentu banyak faktor yang mempengaruhi hilangnya kemampuan berbahasa asing seseorang. Jarang menggunakannya dan tidak lagi aktif menerima input membuat otak menghapus apa yang sudah perah disimpan secara perlahan.

Vania mungkin bukan satu-satunya yang bisa berbahasa asing mendekati kemampuan penutur asli (native speaker). Tapi yag pasti, butuh motivasi tinggi untuk berada di level tersebut. 

Kualitas berbahasa seseorang berbanding lurus dengan jumlah input yang diterima dan bagaimana ia memprosesnya dengan melatih berbicara terus menerus tanpa bosan.

Ketika otak menyimpan bahasa pada pikiran bawah sadar, maka seseorang tidak lagi harus berpikir saat menggunakannya. Bahkan, indikasi seseorang sudah memiliki output yang bagus bisa terlihat dari seberapa nyamannya ia saat berbicara dalam bahasa asing.

Nah, jika demikian, siapa saja bisa belajar bahasa asing dan menguasai dengan baik. Pertanyaannya, apa tujuan kita menguasai bahasa asing? sekedar tahu saja atau hanya untuk bergaya. 

Cepat atau tidaknya seseorang menguasai satu bahasa tidak sepenuhnya diukur pada berapa lama ia sudah belajar. Toh kita menyaksikan sendiri berapa banyak orang yang belajar bahasa Inggris di sekolah, tapi hasilnya nihil.

Ya, belajar bahasa secara formal di sekolah tidak bisa dijadikan standar keberhasilan menguasai bahasa. Bisa jadi kita terpaksa belajar karena berharap mendapat skor bagus, sedangkan kita sama sekali tidak memiliki motivasi untuk mempelajarinya. 

Hanya sedikit orang yang termotivasi belajar bahasa asing. Pun demikian, keberhasilan mereka menguasai bahasa asing erat kaitannya dengan kemauan belajar tinggi dan tidak gampang menyerah. 

Mungkin, Vania termasuk salah satu diantaranya. Walaupun tidak pernah belajar bahasa Jepang dalam kelas, ia menjadi contoh langka bahwa kemauan yang kuat tidak menutup segala kemungkinan.

If there is a will, there is a way ! barangkali, itulah pribahasa yang tepat disandingkan padanya. Cara bisa dicari jika kemauan sudah bulat. Intinya bukan pada kemampuan, tapi lebih kepada kemauan. 

Bagaimana menurut anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun