Kawasan-kawasan pertanian produktif belum secara masif dihidupkan di beberapa kabupaten di Aceh. Jika saja pemerintah lokal mau, lahan pertanian lokal mampu menghasilkan tomat, bawang, cabe, wortel dan sayuran lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
Faktanya itu belum terjadi! selama ini, data akan kebutuhan sayuran mungkin tidak terdata secara akurat. Jadinya, kadangkala stok kebutuhan pangan melimpah dan dalam suatu ketika bisa sama sekali tidak tersedia. Harga bisa naik dua kali lipat saat itu juga.
Akses pangan kadang dianggap sekedar kebutuhan singkat. Akhirnya, analisa kebutuhan rumah tangga seringkali diabaikan. Seharusnya pemerintah lokal bisa membuat grafik kebutuhan pangan yang terukur dan akurat.
Dalam satu kecamatan, berapa kebutuhan tomat, bawang dan cabe per minggunya dan seberapa banyak transaksi ekonomi menguntungkan masyarakat sekitar. Dengan cara ini, pemerintah lokal mampu memetakan sumber, jenis, dan kebutahan sayuran dalam skala kecil dan besar.
Rumah sebagai sumber pangan
Sebuah keluarga yang memiliki sebuah rumah dengan mudah dapat menyediakan tempat untuk kemudian ditanami sayuran yang dikonsumsi sehari-hari, semisal bayam, sawi, bawang dan cabe.Â
Namun, hal ini tidak akan pernah terjadi jika penghuni rumah tidak terlebih dahulu merubah visi hidup keluarga ke arah yang lebih sehat. Perkara lahan bisa disiati, tapi kemauan untuk hidup sehat hanya datang dari pikiran yang sehat pula.
Kalau sehari-hari keluarga menghabiskan waktu lebih dominan diluar, merubah pekarangan sebagai tempat bercocok tanam tentu saja bukan pilihan yang ideal.Â
Penting untuk keluarga menganalisa jenis makanan yang dikonsumsi dan mengevaluasi apakah sumber makanan selama ini condong menyehatkan atau malah menumpuk penyakit.
Caranya bagaimana? awali dengan mencatat setiap jenis pengeluaran sehari-hari untuk dianalisa setiap minggunya. Lihatlah berapa pengeluaran untuk kebutuhan dapur dan catat jenis sayuran yang biasa dikonsumsi oleh keluarga.
Boleh jadi, fakta dari pengeluaran akan memberikan gambaran tentang pola hidup selama ini. Jangan-jangan sayuran malah tidak masuk dalam catatan belanja mingguan, sedangkan jajanan cepat saji berada di angka paling tinggi.
Apa implikasinya?Â