Pro dan kontra dalam sebuah kebijakan baru adalah hal biasa. Ide lahirnya marketplace guru perlu diapreasiasi dan dikritisi sesuai porsinya. Yang baik diambil dan yang buruk ditinggalkan.
Martketplace guru dipercaya menjadi solusi perekrutan guru tepat sasaran dan efisien. Sekolah bisa langsung menemukan calon guru yang ideal dari database yang sudah tersedia.
Artinya, perekrutan guru tidak lagi harus menunggu seleksi guru masal setahun sekali dari pemerintah. Kapan sekolah kekurangan guru boleh langsung mencari kandidat, menyeleksi dan mengontrak guru tersebut.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana nasib guru yang sudah diseleksi? bagaimana kejelasan gaji mereka dan berapa lama mereka akan mengajar di sekolah yang merekrut mereka?
Sebagaimana lazimnya sistem perekrutan guru setiap tahun, calon guru PNS akan mendapat SK penempatan dan status gaji serta tunjangan terjamin dari pemerintah.Â
Perekrutan guru versi pemerintah sejauh ini menjadi satu-satunya gerbang masuk kandidat guru dari fakultas keguruan. Selain gaji yang jelas, masa kerja juga bisa diprediksi.Â
Usulan marketplace guru sejatinya dipelopori guna mencari solusi lebih efisien dalam hal seleksi guru. Menurut Nadiem Makarim, database guru ini nantinya menjadi penghubung antara guru yang berbobot dan sekolah.
Jika sebelumnya seleksi guru diadakan oleh pemerintah, maka kedepan sekolah memiliki kebebasan untuk merekrut guru untuk mengisi kekosongan.
Akan tetapi, banyak yang khawatir akan nasib guru yang kemudian diseleksi sekolah. Akankah mereka mendapat tunjungan dan gaji tetap atau sebatas mengajar saja untuk mengisi jam yang kosong.
Artinya, kejelasan masa depan guru di dalam marketplace boleh jadi sedikit buram. Dari segi pendapatan, mungkin saja tidak lebih baik dari gaji guru honorer saat ini.