Kesakralan wisuda sudah tidak lagi dirasa. Kalau dulu hanya mahasiswa yang boleh memakai gaun wisuda, kini sekolah dasar pun sudah melakukannya. Kebanggaan boleh jadi lebih cepat datang sebagaimana koneksi internet di era digital.
Ya, tidak dapat kita pungkiri bahwa hari ini wisuda tidak lebih hanya sebagai selebrasi untuk mengenang masa sekolah. Lantas, bagaimana kualitas pendidikan kita hari ini? apa yang lebih kita banggakan, foto kenangan dalam album berbaju toga atau kualitas ilmu yang menetap di otak?
Saya rasa, semua kita bisa menjawabnya dengan jujur tanpa harus membuka kamus atau buku apapun. Nilai kebanggaan pun telah bergeser, dari yang dulunya menetap pada ilmu, kini lengket pada baju.Â
Dengan ragam acara yang diusulkan sekolah, baik itu wisuda atau perpisahan, sejauh mana nilai keilmuan menetap pada individu? dengan kata lain, apakah siswa hari ini mengemban amanat akan keilmuan yang ia bawa setelah masa sekolah?
Lagi-lagi, proses transfer ilmu di sekolah sejatinya memberi kesan mendalam bagi siswa untuk memahami kemana mereka seharusnya membawa ilmu yang sudah mereka peroleh.
Sebagaimana tradisi wisuda yang dulunya dilaksanakan untuk membentuk kader pelopor keilmuan yang layak, maka selebrasi wisuda hari ini meninggalkan kesan boleh jadi cukup berbeda.Â
Wajar saja, prosesi wisuda dewasa ini secara tidak langsung menjadi ajang pertunjukan di atas panggung. Orang tua menjadi penonton yang dengan bangga mengambil foto anak-anaknya dalam kemegahan balutan seragam di gedung-gedung yang tidak kalah megah.
Bahkan, para orang tua yang secara finansial tidak seberuntung mereka yang bergaji cukup, harus rela berusaha untuk menyewa baju demi kebanggaan sesaat.
Akhirnya, peran sekolah sebagai wadah lahirnya generasi berilmu juga mulai pudar. Jurang-jurang kecil tercipta untuk mereka yang tidak mampu menyanggupi acara karena keterbatasan uang.
Bukankah sekolah sewajarnya membangun jembatan penghubung untuk setiap siswa?
Kita menyadari bahwa latar belakang orang tua di setiap sekolah jelas berbeda. Makanya, biodata siswa yang diminta sekolah di awal masa pendaftaran sebaiknya tidak hanya menjadi data administrasi semata.
Sekolah harus mampu membangun visi dan misi yang bergerak pada rel pendidikan. Konteks ilmu dan proses transfer ilmu selayaknya dikedepankan dan diperhitungkan dengan matang.