Lalu, sebulan kemudian jumlah pengunjung redup layaknya sebuah lampu tanpa watt. Andri lupa, ada satu hal yang tidak ia perhitungkan di awal, yaitu value.
Bisnis kuliner yang dimulai tidak memasukkan sebuah value. Lebih jelasnya, Andri tidak menawarkan hal berbeda kepada konsumen. dari segi rasa, ia sudah membuat satu kesalahan fatal.
Emotional
Bisnis yang sehat memiliki satu tujuan, yaitu memberi manfaat bagi pelanggan . Banyak bisnis hanya fokus pada fitur saja.Â
Bagaimana cara kita tahu? lihat saja bahasa iklannya "beli 3, gratis 1".
Jika fitur hanya menjelaskan apa yang dihadirkan sebuah produk, maka yang lebih penting adalah manfaat. Bisnis yang menjual manfaat mampu menembus emosi pembeli.Â
Pernah dengar emotional buying? ini adalah strategi meraih pelaggan dengan cara menyentuh perasaan (feeling).Â
Apa yag dijelaskan oleh bg Adian Saputra melalui added value adalah konsep memberi manfaat lebih pada pelanggan.Â
Makanya, tidak heran jika pelanggan akan rela bekerjasama karena ada kepuasaan yang hadir dari transaksi bisnis berbentuk value.Â
Nah, pada cerita di atas, Andri gagal menyentuh emosi pembeli karena hanya fokus pada meraup untung semata.
Sejatinya ia bisa dengan mudah mendapatkan kepercayaan pelanggan jika saja ada unsur value yang ditawarkan pada jenis makanan yang ia jual sejak awal.
Tentu saja, kemampuan membangun konsep bisnis yang benar tidak hadir begitu saja.Â