Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Konsep Membangun Bisnis yang Benar

24 Februari 2023   18:00 Diperbarui: 27 Februari 2023   13:09 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
konsep membangun bisnis | freepik.com

Pagi ini setelah siap mengajar, saya menghabiskan waktu untuk membaca sebuah buku tentang cara membangun bisnis dari awal. Siang harinya setelah menyelesaikan shalat jum'at saya sengaja mengintip beberapa artikel top kompasiana. 

Sebuah tulisan menarik perhatian saya, judulnya "Menjaga Loyalitas Pelanggan dengan Nilai Tambah". Saya coba melihat siapa penulisnya, eh rupanya seorang jurnalis senior yang bernama Mr. Adian Saputra.

Dalam konsep membangun bisnis, apa yang sudah diutarakan oleh bang Adian Saputra, ada benarnya. Sebut saja, peran added value pada konsumen kerapkali menjadi pemulus transaksi antara pembeli dan penjual.

Baca juga: Kunci Sukses Berbisnis Tanpa Ilmu Pelaris

Saya coba membahas lebih dalam lagi tentang tiga konsep membangun bisnis yang benar pada tulisan kali ini. Semoga apa yang saya tulis setidaknya bisa membawa manfaat bagi mereka yang hendak memulai bisnis.

Konsep dasar bisnis

The $100 startup. Koleksi buku
The $100 startup. Koleksi buku

Untuk menjalankan sebuah bisnis, ada tiga hal yang harus dipenuhi. [1] sebuah produk atau jasa, [2] ada pembeli yang mau membayar dan [3] mekanisme pembayaran.

Jika salah satu dari tiga hal di atas tidak bisa dipenuhi, maka belum layak dikatakan bisnis. Contohnya, jika seseorang memiliki produk, tapi pada kenyataannya tidak ada pasar berupa pembeli, maka jelas belum menjadi sebuah bisnis.

Atau, saat seseorang sudah memiliki produk dan calon pembeli, akan tetapi mekanisme pembayaran belum jelas atau tidak bisa diandalkan, tentunya belum masuk katagori bisnis. 

Ini bukan kata saya loh, tapi kata buku The $100 Startup: Reinvent the Way you Make a Living, Do what You Love, and Create a New Future. 

Value

Sebelum menentukan bisnis apa yang hendak dijalankan, maka pastikan terlebih dahulu ada value yang ditawarkan kepada konsumen. Value sangat erat kaitannya dengan loyalitas pelanggan. 

Saya akan memberi satu contoh, anggaplah ada seseorang bernama Andri, ia terkena PHK oleh sebuah kantor, lalu seketika muncul ide membuka bisnis kuliner.

Nah, dia tidak punya bakat memasak, namun memiliki semangat tinggi. Apakah sudah siap untuk terjun ke dunia bisnis, jawabannya SUDAH.

Akan tetapi, itu belum cukup sebagai modal berbisnis. Selain uang sebagai modal, harus ada konsep yang unik. Konsep bisnis kuliner yang mengandung unsur value. Sekarang, apa makna value dalam konteks bisnis?

The $100 Startup. koleksi buku
The $100 Startup. koleksi buku

Value adalah sesuatu yang diinginkan atau yang berharga yang muncul dari proses transaksi atau usaha. Dalam konteks bisnis, value mudah dipahami sebagai cara menolong orang. 

Ketika membuka sebuah bisnis, katakanlah usaha kuliner, perlu dilandasi sebuah value yang hadir dalam makanan dan minuman. Jadi, bukan hanya sekedar ikut-ikutan orang lain.

Makanya, kita sering melihat bisnis kuliner yang gulung tikar hanya dalam satu tahun. Sebabnya, tidak ada value yang ditawarkan pada konsumen. Mereka condong berpikir profit dan lupa akan hal yang lebih penting.

Kembali ke cerita, Andri yang tidak punya pengalaman berbisnis, langsung saja menghamburkan uang untuk membuka usaha makanan yang ia taksir bisa menguntungkan. 

Tanpa perhitungan, ia membeli peralatan masak dan beberapa perlekangkapan lain sebagai penunjang. Sebuah toko sederhana juga langsung ia sewa dari pemilik yang baru dikenalnya. 

Singkat cerita, dengan dua orang koki yang berhasil didapat dari referensi teman, ia tancap gas. Hari pertama, kedua dan ketiga terlihat beberapa pengunjung datang membeli. 

Banyak yang terlihat antusias mencoba karena iklan yang terpampang terkesan menggiurkan "Beli tiga, makan empat". Soal rasa tidak terlalu dihiraukan.

Lalu, sebulan kemudian jumlah pengunjung redup layaknya sebuah lampu tanpa watt. Andri lupa, ada satu hal yang tidak ia perhitungkan di awal, yaitu value.

Bisnis kuliner yang dimulai tidak memasukkan sebuah value. Lebih jelasnya, Andri tidak menawarkan hal berbeda kepada konsumen. dari segi rasa, ia sudah membuat satu kesalahan fatal.

Emotional

Bisnis yang sehat memiliki satu tujuan, yaitu memberi manfaat bagi pelanggan . Banyak bisnis hanya fokus pada fitur saja. 

Bagaimana cara kita tahu? lihat saja bahasa iklannya "beli 3, gratis 1".

Jika fitur hanya menjelaskan apa yang dihadirkan sebuah produk, maka yang lebih penting adalah manfaat. Bisnis yang menjual manfaat mampu menembus emosi pembeli. 

Pernah dengar emotional buying? ini adalah strategi meraih pelaggan dengan cara menyentuh perasaan (feeling). 

Apa yag dijelaskan oleh bg Adian Saputra melalui added value adalah konsep memberi manfaat lebih pada pelanggan. 

Makanya, tidak heran jika pelanggan akan rela bekerjasama karena ada kepuasaan yang hadir dari transaksi bisnis berbentuk value. 

Nah, pada cerita di atas, Andri gagal menyentuh emosi pembeli karena hanya fokus pada meraup untung semata.

Sejatinya ia bisa dengan mudah mendapatkan kepercayaan pelanggan jika saja ada unsur value yang ditawarkan pada jenis makanan yang ia jual sejak awal.

Tentu saja, kemampuan membangun konsep bisnis yang benar tidak hadir begitu saja. 

Sebuah perencanaan yang matang, kalkulasi, dan yang paling utama, apa tujuan bisnis yang dibangun menjadi penentu arah sebuah bisnis.

Apakah sebuah bisnis mampu meningkat tajam atau menurun drastis sangat bergantung pada value yang ditawarkan.

Semoga bermanfaat!

[Masykur]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun