Jangan membahas contoh yang terlalu jauh. Jika harus menilai antara gerak mulut dan mata, tentu saja mudah ditebak. Sejauh mana wawasan bertambah pada mayoritas penduduk Indonesia?
Artinya, apa yang masuk melalui mata masih berkisar dari aktivitas liburan dan hiburan, sangat terbatas dari rutinitas membaca. Apalagi kebiasaan bergosip yang berakhir pada hal-hal negatif. Alhasil, waktu berharga terbuang sia-sia.
Sulit memang untuk merubah kebiasaan dalam rumah. anak perlu melihat contoh sebelum mengikuti dan mejadikan kebiasaan. Jika orang tua tidak pernah kelihatan membaca buku di rumah, bagaimana anak bisa membangun minat baca secara alami?
Kurikulum dan Orang tua
Di Indonesia, kurikulum merupakan produk para 'ahli' pendidikan. Makanya, kita tidak heran mendengar pergantian kurikulum saat menteri baru menjabat, diikuti dengan perubahan kebijakan.Â
Ada yang berprasangka buruk dan ada yang tak ambil pusing. Toh, yang pusing guru dan yang menikmati para pembuat kebijakan. Administrasi tetap nomor satu, guru diharuskan mengikuti rangkaian proses guna membuktikan produk kurikulum baru.
Lain disini, lain di negeri orang. Finlandia, sebagai negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia, memiliki kebijakan yang melibatkan otoritas lokal bekerja sama dengan pusat dalam penentuan inti kurikulum.
In Finland, development of the core curriculum through a process ofcollaboration between national and local authorities is a highly developed practice
Bukan hanya itu, Finlandia juga menerapkan prinsip "valued experts". Guru dilibatkan untuk mengembangkan kurikulum sekolah untuk menunjang aktivitas belajar yang terukur.
Negara juga tidak meyerahkan tanggung jawab pendidikan seutuhnya pada sekolah. Orang tua sudah aktif terlibat sejak anak masih bayi di rumah.Â
Hal ini jelas terlihat dari kebijakan mempermudah cuti saat masa kehamilan. Bagi seorang ayah, mengambil cuti ketika istri hamil bukan hal aneh di Finlandia.Â