Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Produktivitas Kerja dan Standar Pelayanan, Bagaimana Seharusnya?

2 Januari 2023   12:25 Diperbarui: 2 Januari 2023   14:22 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini harus dilakukan dengan beberapa kali eksperimen. Misalnya, seorang chef yang dianggap kompeten harus mampu memasak dengan durasi waktu yang tepat dan menghasilkan rasa yang tidak berubah.

Hasil kelayakan waktu selanjutnya didokumentasikan berupa tulisan dan video yang bisa diakses oleh karyawan kapan saja

Dengan begitu, sebuah kafe punya standar waktu penyajian dihitung dari waktu pemesanan. Jadi, kelambatan penyajian itu bisa saja sebuah kesalahan bagian dapur dan bukan keteledoran kasir.

Setiap karyawan baru diwajibkan untuk membaca standar kelayakan kerja dan menonton video yang sudah disiapkan, lalu uji tes kelayakan dari materi yaang diberikan.

Ketika ada komplain, maka ada dua penilaian yang terukur. Apakah chef sudah memasak dengan megikuti standar waktu? jika tidak, maka posisi chef sebaiknya digantikan orang lain atau berikan pelatihan ulang. 

Ada sebuah nasehat dalam dunia bisnis, yaitu:

Don't hire fast

Apa maknanya? dalam hal merekrut karyawan/pekerja, jangan bertindak gegabah. Seleksilah calon pekerja yang relevan dengan bidang keahlian, namun jangan lupa mengukur seberapa efisien calon pekerja siap untuk ditempatkan pada posisi yang akan di tempati.

Saya ingin memberikan satu contoh lain pada bidang pendidikan. Kebetulan saya dipercaya oleh supervisor untuk merekrut calon pendidik. Saya yang menyeleksi berkas dan kemudian melakukan wawancara bersama dengan supervisor.

Berbeda dengan kebanyakan wawancara orang Indonesia, supervisor saya yang memiliki software Amerika memiliki sudut pandang berbeda terhadap kualifikasi pendidik.

Saya beberapa kali mengamati pola pertanyaan yang diajukan kepada pelamar. Saya menarik satu kesimpulan, cara ia bertanya lebih fokus pada How, sementara saya tertuju pada what.

Kalau saya condong ingin tahu kelayakan kandidat secara keilmuan dan pengalaman, sedangkan supervisor saya ini lebih suka bertanya pada hal yang menjurus pada kepribadian.

Baginya, seorang calon pendidik yang punya kemampuan istimewa namun tidak mau mengikuti aturan yang ditetapkan kantor memiliki poin minus ketimbang mereka yang punya kemampuan standar tapi mau belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun