Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Zero Growth, Dilema Gaya Hidup atau Bertambahnya Beban Hidup?

19 Desember 2022   14:02 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:35 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar.www.koridor.co.id

Memang benar tempat hiburan yang banyak membantu ekonomi secara global. Akan tetapi, pelampiasan hasrat juga bergeser dan secara tidak langsung berdampak pada menurunnya angka kelahiran.

Depopulasi

Bayangkan saja, Korea Selatan pada tahun 2020 memiliki jumlah penduduk 51 juta, sementara pada tahun 2030 diprediksi jumlah penduduk akan minus 0.07%.

Jepang dengan jumlah populasi penduduk 125 juta juga akan segera menyusul. Pada tahun 2030 jumlah penduduk jepang diproyeksikan turun ke angka minus 0.52%.

Ini bermakna bahwa kedepan jumlah orang tua bertambah, akan tetapi generasi muda menurun. Mau tidak mau, ketimpangan antara populasi muda dan tua akan menciptakan masalah baru.

Jumlah pekerja ahli pastinya akan menurun drastis sejalan dengan penurunan jumlah buruh kasar. Jenis pekerjaan nantinya akan berkurang seiring berkembangnya kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal dengan Artificial Intelligence (AI).

Dari sisi ekonomi, ketergantungan pada manusia semakin berkurang sehingga jumlah pekerjaan juga tidak bisa mengakomodir total pekerja pada bidang yang berbeda.

Tingkat stres juga semakin meninggi, sementara peredam stres akan semakin sulit dijangkau. Sejatinya, aktifitas seksual melalui sebuah ikatan pernikahan adalah sebuah solusi terbaik.

Sayangnya, arah hidup remaja dan pola pikir akan nilai pernikahan juga semakin bergeser. Ya, jalan yang paling diminati adalah kenikmatan sesaat tanpa tanggung jawab.

Selain karena pergaulan yang semakin bebas, hal ini juga karena tuntutan sebuah ikatan pernikahan yang semakin mahal. Dari sisi material, menikah butuh uang yang lumayan untuk menjalin keseriusan antara kedua belah pihak.

Ujung-ujungnya, keinginan untuk menikah dan punya anak tidak lagi terbesit pada jiwa anak muda. Ini berdampak pada sisi psikologis dan beban mental yang harus ditanggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun