Kemampuan kognitif anak akan berkembang dengan baik jika orangtua sering berinteraksi dan berkomunikasi secara positif dengan anak. Menyemangati dan mendorong anak untuk mau mencoba hal-hal baru.
3. Menakut-nakuti Anak
Agar otak bisa membentuk rangkaian koneksi, maka anak perlu mengalami hal-hal yang menyenangkan. Apa yang terjadi saat anak sering ditakut-takuti?
Input yang masuk ke otak akan mengarah ke hal negatif. Contohnya begini, banyak orangtua yang sering berkata, awas ada hantu, jangan dekat-dekat nanti jatuh, jangan manjat nanti pecah kacanya, dll.
Ucapan seperti diatas terkesan biasa saja, namun ternyata otak merespon ucapan seperti ini dengan membentuk memori yang membuat anak takut untuk melakukan sesuatu.
Kenapa banyak remaja sekolah yang tidak berani bertanya di dalam kelas? Kenapa sangat sedikit anak yang berani mengikuti hal-hal baru di sekolah?
Kebiasaan-kebiasaan dalam rumah akan terbawa aktif ke dalam kelas. Anak-anak yang sangat sering dilarang melakukan sesuatu di rumah juga akan sulit untuk mau mencoba ketika di sekolah.
Contohnya, ketika anak-anak bertanya hal-hal aneh dan orangtua menjawab dengan sinis, "kamu masih kecil nanya yang gak-gak"Â atau "udah, gak perlu nanya yang gak perlu"
Anak-anak dengan rentan umur 1-7 tahun memang hidup pade fase ingin tahu yang besar. Maka, sangat wajar pertayaan yang muncul kerap aneh di telinga orang dewasa.
Suatu ketika anak saya yang berumur empat tahun bertanya "ayah, kenapa warna awan putih, kok gak merah aja". Saya sekilas berpikir kenapa bisa ia bertanya demikian.
Lantas, saya mencoba menjawab dengan jawaban yang bisa mudah dinalar olehnya. Saya berkata bahwa setiap benda memang punya warna masing-masing, daun berwarna hijau, langit biru, dan awan putih.