Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Tiga Kebiasaan Orangtua yang Menyebabkan Otak Anak Lemah

28 Agustus 2022   11:08 Diperbarui: 30 Agustus 2022   10:49 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal serupa tentu tidak terjadi dengan mudah pada orang dewasa. Otak orang dewasa sudah menyimpan input yang bervariasi. 

Jika orang dewasa mempelajari empat bahasa di umur 30 tahun, maka waktu yang dibutuhkan sangat tergantung oleh cara belajar dan pengulangan.

Sebutan golden age identik dengan kemampuan otak yang sangat optimal di masa 1-7 tahun. Investasi orangtua pada otak anak di tujuh tahun pertama ini sangat menentukan kualitas otak anak. 

Sebaliknya, jika orangtua abai pada perkembangan otak anak di tujuh tahun pertama, maka konsekuensinya anak akan mengalami kesulitan belajar ketika memasuki fase remaja menuju dewasa. 

Apa Saja Kebiasaan Orangtua yang Dapat Membuat Otak Anak Lemah?

1. Memanjakan Anak

Kunci perkembangan otak ada pada cara orangtua berkomunikasi dan berinteraksi. Memenuhi kebutuhan anak pastinya perlu dilakukan, tapi menuruti kemauan anak akan membuat anak tidak membentuk koneksi yang bervariasi.

Karena otak memilah dan memilih input yang masuk berdasarkan kesamaan, orangtua perlu merangsang anak untuk melakukan sesuatu yang berbeda setiap harinya. 

Apa yang terjadi saat anak dimanja? Anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang condong sama. Artinya, karena orangtua mengikuti kemauan anak, otak akan menerima input yang terulang.

Misalnya, saat anak ingin sesuatu, orangtua mengabulkan permintaan anak dengan cepat karena takut anak mengamuk, menangis, dan lainnya. Otak akan GAGAL menyimpan input yang berkaitan dengan regulasi emosi.

Yang akan terjadi adalah, otak membentuk rangkaian koneksi (neurons), di mana kemudian otak menerjemahkan permintaan anak harus dipenuhi, jika tidak emosi anak akan terganggu.

Lalu, semakin sering orangtua menuruti kemauan anak, semakin kuat input yang terbentuk di otak anak. Akhirnya, kemampuan regulasi emosi anak tidak lagi bekerja dengan konteks keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun