Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kenapa Rasa Bosan Penting bagi Anak?

22 Juli 2022   09:56 Diperbarui: 22 Juli 2022   10:08 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedang bosan. Sumber foto: https://www.today.com

Boredom helps children develop planning strategies, problem-solving skills, flexibility and organizational skills 

Kalimat di atas berasal dari  Jodi Musoff, MA, MEd, seorang spesialis bidang pendidikan di the Child Mind Institute. Di tulisan kali ini saya akan membahas kenapa bosan bermanfaat bagi anak.

Walau banyak orang yang menganggap bosan itu identik dengan hal negatif, ternyata banyak sisi positif yang sebenarnya bersembunyi dibalik rasa bosan.

Khususnya bagi anak-anak, rasa bosan menjadikan mereka lebih kreatif untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, perencanaan dan juga skil sosial.

Rasa bosan yang dialami anak menyebabkan otak berpikir untuk mencari cara agar tidak bosan. Nah, apa yang dilakukan anak saat merasa bosan adalah pintu utama yang menjadikan mereka lebih kreatif.

Anak yang terus menerus diberikan mainan oleh orangtuanya akan menjadi pasif dalam hal kreatifitas, ini disebabkan oleh kurangnya rangsangan pada otak sehingga daya pikir tidak berjalan.

Berbeda saat anak tidak diberikan mainan, imajinasi mereka akan merangsang otak untuk menemukan sesuatu yang bisa dilakukan agar tidak bosan. 

Anak tidak selamanya membutuhkan orang lain agar bisa terhibur. Terkadang membiarkan anak dengan keterbatasan membuat daya pikir anak berkembang lebih pesat ketimbang membanjiri mereka dengan bermacam mainan.

Tentunya ini bukan berarti memberikan anak mainan adalah kesalahan, namun orangtua perlu memahami bahwa kreatifitas kerap muncul diawali dengan keterbatasan.

Artinya, orangtua perlu bijak dalam memilih mainan untuk anak. Jangan mengabulkan segala permintaan mereka terlebih dahulu. Sebaliknya, kenalkan anak dengan jenis permainan yang mampu melatih daya pikir anak. 

Biarkan Anak Mencoba Aktifitas yang Berbeda

Rasa bosan anak bisa muncul seketika. Orangtua harus peka melihat kondisi psikologis anak ketika bermain. Umumnya anak dibawah tiga tahun berada pada tahap mencoba karena ingin tahu.

Biasakan anak mengenal benda-benda yang ada di dalam rumah dengan membiarkan mereka bereksplorasi secara bebas. Jangan memarahi anak ketika menumpahkan air dari gelas atau menjatuhkan benda dari meja atau melempar sesuatu yang mereka pegang.

Yang dilakukan anak pada tahap ini adalah mencari tahu fungsi benda yang mereka lihat. Intinya, peran orangtua sangat krusial untuk mengenalkan nama benda dan kegunaan.

Benda tajam seperti pisau dan gunting mesti dijauhkan dari anak, tapi terlebih dahulu ajarkan bahwa pisau itu tajam dan dipakai untuk memotong. Tentunya dengan mempraktekkan langsung agar anak bisa melihat.

Melarang anak untuk memegang benda tertentu akan membuat mereka ingin mencobanya. Kenapa? karena memang anak ingin tahu apa itu dan untuk apa. 

Jadi, sebaik mungkin bagi orangtua mengenalkan fungsi benda-benda di rumah agar anak paham sejak kecil. Segala hal yang mereka sentuh dengan mencoba akan membentuk input yang nantinya menjadi sistem alarm di otak mereka. 

Sama halnya ketika anak memanjat, melompat, melempar dan memukul, semua itu tidak lebih hanya sekedar untuk mencoba karena keingintahuaan mereka.

Tugas orangtua adalah mendampingi anak dan memandu dengan baik agar anak mengenal apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak.

Ringkasnya, berlari adalah skil yang diperlukan anak saat menghadapi hal yang membahayakan, namun perlu diajarkan agar tidak melakukannya di tempat dan suasana tertentu.

Kesalahan banyak orangtua adalah melarang anak sejak awal dan menanamkan pola pikir memanjat, lari, melompat itu tidak baik. Padahal kemampuan seperti ini mutlak diperlukan anak pada kondisi tertentu.

Dengan melarang anak melakukan hal-hal tertentu dengan menakuti mereka maka secara otomatis kreatifitas anak juga ikut padam. Anak akan malas mencoba karena ketakutan yang belum mereka pahami. 

Biarkan anak mencoba berbagai jenis kegiatan agar mereka memiliki input yang berbeda yang disimpan otak. Dengan sendirinya rangkaian input ini akan menjadi database yang akan dipakai anak saat diperlukan di waktu tertentu. 

Sebagai contoh, saat anak memecahkan kaca, usahakan untuk tidak membentak atau marah kepada mereka. Bagi anak, memecahkan kaca adalah sesuatu yang mereka lakukan bukan karena kesengajaan.

Tetaplah menatap wajah anak dengan senyum saat anak melakukan sesuatu kesalahan yang belum mereka pahami, ini bertujuan agar otak mereka tidak menyimpan memori buruk.

Jika anak dimarahi atau dibentak saat memecahkan kaca, maka pengalaman ini akan otomatis menciptakan rasa takut dalam otak mereka. Akhirnya, anak akan membenci orangtuanya.

Sebaiknya, dalam kondisi seperti ini anak tetap dipeluk dan jangan menampakkan kemarahan didepan mereka, namun berikan pemahaman bahwa memecahkan kaca itu tidak baik dan akan membahayakan mereka. 

Memberikan pemahaman kepada anak dengan senyuman saat anak melakukan kesalahan akan memberi bekas lebih baik dalam memori anak dan mengajarkan mereka konsep baik dan buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun