Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pustaka dan Kurangnya Minat Baca Remaja di Indonesia, Apa dan Siapa yang Salah?

11 Juli 2022   21:55 Diperbarui: 12 Juli 2022   12:30 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat pengunjung memerlukan buku tertentu yang tidak dimiliki pustaka daerah, maka buku tersebut bisa dikirim melalui pos tanpa harus membayar karena seluruh pustaka bekerja sama dengan satu visi dan misi. 

Kebutuhan akan pustaka tidak hanya terpusat pada buku. Konsep pustaka harus dibangun dengan desain yang menarik terintegrasi dengan alam dan jika perlu berikan fasilitas nongkrong agar pengunjung betah. 

Membaca tidak lagi identik dengan meja dan kursi. Desain pustaka berbentuk outdoor  perlu dipikirkan agar pembaca tidak tersekat dengan dinding pemisah. Suasana menyenangkan dengan kolam ikan, pepohonan dan rerumputan harus bisa dirasakan oleh pengunjung.

Minat baca sangat tergantung pada suasana tempat orang menghabiskan bacaan. Kalau pustaka yang dibangun memberikan kesan yang sama dengan pola sekat menyekat akan sangat sulit membuat orang betah, terlebih anak-anak. 

3. Banyak Sekolah Tanpa Pustaka

Dari jenjang SD sampai SMA, ada sekitar 121 ribu pustaka sekolah dari jumlah 287 ribu yang dibutuhkan di seluruh Indonesia. Nah, berapa jumlah sekolah yang ada di Indonesia? untuk level SD saja ada 148 ribu sekolah aktif. Silahkan bayangkan!

Dengan memakai data diatas, untuk tingkat SD saja di Indonesia kekurangan 20 ribuan pustaka. Sementara minat baca sangat penting dipupuk dari tingkat SD.

Bagaimana kebanyakan pustaka di tingkat SMP dan SMA di Indonesia? Lagi-lagi saya sulit menjawab. Jika ada tiga kata sifat untuk mendeskripsikannya, maka saya akan berkata: membosankan, menyedihkan dan memilukan.

Pustaka di sekolah sangat sulit menarik pengunjung karena dibangun seadanya dan tidak menarik. Belum lagi berbicara dengan koleksi buku hasil sumbangan yang tidak relevan dengan tahun terkini dan konteks jaman.

Kalau ada 100 siswa, mungkin hanya 10-20an yang mau menghabiskan waktu ke pustaka sekolah. Itupun bisa sekedar melihat-lihat tanpa tujuan jelas. 

Ada banyak sekolah di Indonesia yang belum memiliki ruangan khusus untuk menempatkan buku. Apakah tidak ada dana? Mungkin iya dan mungkin tidak. Hanya sekolah yang tahu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun