Hongkong memiliki 300 pustaka untuk 7 juta jumlah penduduk. Ini berarti 1 pustaka bisa diakses untuk sekitar 23 ribu orang. Di New Zealand ada 300 pustaka umum untuk 1.4 juta penduduk. Coba bandingkan keduanya?
Dari total 77 ribu desa di Indonesia, hanya ada 23 ribu pustaka. Dalam satu kecamatan dalam kabupaten di Indonesia terkadang belum tentu ada satu pustaka yang layak untuk dikunjungi.Â
Berapa jumlah tempat tongkrongan anak remaja dalam satu kecamatan? lebih dari 5 rata-rata, dengan fasilitas online untuk mengakses game dan lain-lain.Â
Jadi, sangat masuk akal kenapa mayoritas orang Indonesia tidak suka membaca. Gimana mau suka, kalau fasilitas penyedia game online lebih mudah diakses dari pustaka.
Dengan akses smartphone yang sangat mudah, rata-rata remaja di di Indonesia lebih memilih duduk dua jam di depan layar HP ketimbang membuka 5 lembar buku. Yah, ini nyata dan realita.Â
2. Pustaka Belum Mampu Menjangkau Dinamika Kebutuhan Masyarakat
Kenapa jumlah pembaca di Jepang lebih besar? Jawabannya karena pustaka di Jepang mampu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat umum.
Bagaimana dengan pustaka-pustaka di Indonesia secara umum? Rasanya sulit berkata jujur. Koleksi perpustakaan di Indonesia masih terbelakang. Mayoritas buku yang berada di rak-rak pustaka tidaklah menarik karena tidak mengikuti kemajuan jaman.
Fasilitas komputer untuk mengakses internet juga belum memadai untuk memberikan akses yang baik kepada pengunjung. Hal ini tentu membuat masyarakat enggan datang ke pustaka karena terkesan buang-buang waktu saja.Â
Selain itu, data koleksi buku belum terintegrasi dengan baik antar pustaka baik itu antara pustaka daerah, kampus dan provinsi. Seharusnya seluruh database buku bisa di akses dengan satu akun oleh pengunjung.