Tahap selanjutnya, PAUD berfungsi sebagai tempat dimana orangtua diwajibkan hadir membersamai anak. Orangtua diharuskan hadir selama 2 jam untuk beraktifitas bersama anak dengan desain aktifitas yang sudah disepakati antara sekolah dan orangtua. Sistem seperti ini akan merubah fungsi PAUD menjadi lebih luas dalam konsep pendidikan yang terintegrasi. Jika perlu ganti istilah PAUD menjadi PBK (pendidikan berbasis keluarga).
Peran rumah harus dipandang penting, bukan hanya sebagai tempat tinggal namun institusi pendidikan. Peran orangtua juga harus dirubah, bukan hanya membesarkan anak tapi juga mendidik anak. Konsep berpikir seperti ini harus dibangun agar rumah menjadi center of education. Bayangkan kuliatas pendidikan jika kita mampu menjadikan rumah sebagai tempat paling utama terjadinya proses transfer ilmu.Â
5. Pemerintah daerah wajib mengalokasikan dana khusus untuk keluarga
Untuk menerapkan pendidikan berbasis keluarga, peran pemerintah sangat diperlukan. Pemerintah daerah harus diberikan otonomi khusus untuk menyisihkan anggaran pendapatan daerah untuk keluarga. Sistem dan jumlah dana yang dialokasikan harus berdasarkan jumlah anak dalam setiap keluarga dan menyesuaikan gaji kepala keluarga.
Sebagai ilustrasi, keluarga yang memiliki anak lebih dari 3 akan diberikan tambahan uang 1 juta perbulan dengan target dan tujuan yang sudah didesain dengan terstruktur melibatkan kepala keluarga dan sekolah partner. Jadi, uang ini tidak akan disalahgunaka untuk membeli sesuatu yang bersifat personal, namun wajib mengikuti kurikulum yang sudah disepakati dari awal. Ringkasnya, uang yang dianggarkan harus dan wajib disingkronisasikan dengan jenis kegiatan di sekolah atau bisa berbentuk kegiatan outdoor yang mengharuskan orangtua mengawal anak untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu.
Dengan sistem seperti ini, orangtua tidak perlu lagi menyisihkan uang dari hasil kerja untuk pendidikan. Pemerintah daerahlah yang harus mencari uang untuk membantu orangtua. Bagi orangtua yang penghasilannya terbatas, mereka akan sangat merasa terbantu dan beban hidup akan berkurang. Disinilah sistem pendidikan bisa dibangun dengan adil terfokus pada output yang melibatkan orangtua langsung sebagai agent of change.
6. Memberikan Reward bagi keluarga teladan
Nah, yang paling terakhir atau paling penting adalah peran pemerintah untuk memberikan apresiasi nyata bagi keluarga yang mampu menghasilkan anak-anak terbaik dari rumah. Reward bisa diberikan dalam bentuk kemudahan akses atau poin yang bisa ditukarkan untuk keperluan tertentu.
Anggap saja bayangan seperti ini, setiap keluarga memiliki satu kartu yang terhubung dengan sistem pemerintahan. Dalam kartu ini tersimpan database keluarga dan sekaligus bisa berfungsi seuumur hidup untuk pendidikan anak. Misalnya, setiap anak yang sudah lahir akan tercatat dalam sistem secara otomatis saat orangtua membuat akte kelahiran.
Dengan sistem pendidikan berbasis keluarga, orangtua memiliki peran mendidik anak dari umur 1-7 tahun dengan subsidi dana dari pemerintah daerah disesuaikan dengan jumlah anak sebagaimana yang saya jelaskan diatas. Dalam rentan waktu 1 sampai 7 tahun rekam jejak orangtua dalam mendidik anak dicatat dalam kartu ini. Misalnya, setiap 3 bulan sekali sekolah PAUD yang menjadi partner keluarga akan memberikan laporan perkembangan anak dengan sistem penilaian dari dua sisi, perkembangan anak dan keaktifan orangtua dalam membersamai anak.Â
Dari penilaian ini nantinya orangtua yang aktif mendidik anak bersama sekolah akan mendapatkan tambahan poin tertentu yang bisa ditukarkan untuk memotong biaya pembuatan SIM (surat ijin mengemudi), Biaya kesehatan, atau bisa ditukar untuk membeli kebutuhan pokok. Intinya, semakin aktif orangtua mendidik anak mereka akan memiliki poin semakin banyak yang bisa dipakai untuk mempermudah akses dalam hal pelayanan dan kebutuhan hidup.