Mohon tunggu...
Mas ula
Mas ula Mohon Tunggu... Guru - Guru Teknik Komputer dan Jaringan, Guru Penggerak, Mentor Google Master Trainer, Mentor Master Trainer, Quizizz Super Trainer, Ketua Komunitas Belajar Citra Ilmu Xsata, Praktisi Mengajar

Adalah seorang guru dan juga ibu yang suka belajar hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Scrolling Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental

4 Januari 2025   09:54 Diperbarui: 4 Januari 2025   09:24 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Mas'ula

Mahasiswa MIF UMS 

Media sosial kini telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat digital sehari-harii. Bagi banyak orang, menggulir layar media sosial, atau dikenal sebagai scrolling, menjadi kebiasaan rutin—baik saat bangun tidur, di sela-sela waktu kerja, maupun sebelum tidur. Scrolling media sosial dalam waktu yang sangat banyak dan terus-menerus  disebut dengan doomscrolling.  Berlama-lama dalam scrolling media sosial  mengikis kesempatan dalam berinteraksi secara langsung dengan orang lain sekaligus menyita perhatian dari hal-hal yang lebih mendesak dan berarti.

Scrolling media sosial sebenarnya merupakan aktivitas menyerap informasi yang berlangsung tanpa henti. Dengan aliran konten yang terus menerus, pikiran kita secara berulang terpapar rangsangan visual, emosional, dan sosial, yang berisiko menimbulkan dampak tertentu. Berikut adalah beberapa konsekuensinya:

  1. Banjir Informasi
    Ketika informasi datang terlalu cepat dalam jumlah besar, otak kita kesulitan untuk mengolahnya. Kita sering kali tidak sempat merenungkan atau memahami apa yang dilihat sebelum beralih ke konten berikutnya. Akibatnya, hal ini dapat memicu stres, kecemasan, bahkan burnout digital karena otak merasa kelebihan beban.

  2. Perbandingan Sosial yang Tidak Realistis
    Media sosial dibanjiri konten yang sengaja dibuat untuk menampilkan citra yang sempurna mulai dari liburan mewah hingga tubuh ideal dan gaya hidup serba glamor. Padahal, realitas di baliknya sering kali berbeda. Fenomena ini memicu pengguna untuk membandingkan hidup mereka dengan versi "sempurna" yang ditampilkan di media sosial akan membuat orang menjadi tidak percaya diri, insecure dan rendah diri.

  3. Tekanan Psikologis dari "Fear of Missing Out" (FOMO)
    FOMO, atau rasa takut kehilangan momen penting, adalah perasaan bahwa orang lain sedang menjalani pengalaman yang lebih menarik atau menyenangkan. Kebiasaan scrolling media sosial sering kali memperburuk perasaan ini, sehingga meningkatkan rasa cemas secara sosial dan membuat kita merasa hidup sendiri kurang berarti.

Dampak Negatif Scrolling Media Sosial pada Kesehatan Mental

Berdasarkan penelitian dan laporan terbaru, berikut adalah beberapa dampak signifikan scrolling media sosial terhadap kesehatan mental:

1. Kecemasan dan Depresi

Studi menunjukkan hubungan langsung antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi. Konten negatif dan  komentar yang menyinggung di media sosial dapat memicu gangguan kecemasan, terutama bagi remaja dan dewasa muda.

2. Gangguan Tidur

Scrolling sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur. Paparan cahaya biru dari layar perangkat elektronik menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur, sehingga sulit bagi pengguna untuk tertidur. Akibatnya, banyak orang mengalami tidur yang tidak cukup dengan kualitas rendah sehingga hal ini berdampak pada kesehatan fisik dan mental dari kebanyakan oprang.

3. Ketergantungan Digital

Media sosial dirancang dengan fitur yang mendorong pengguna untuk terus terlibat, seperti notifikasi, konten yang dipersonalisasi, dan algoritma rekomendasi. Hal ini sering kali membuat pengguna sulit berhenti scrolling, yang pada akhirnya menciptakan ketergantungan digital atau addiction.

4. Penurunan Produktivitas dan Kesejahteraan Sosial

Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial mengurangi interaksi langsung dengan orang lain dan banyak tugas  yang lebih penting akhirnya terbengkalai. Hal ini dapat menyebabkan rasa kesepian dan penurunan kualitas hubungan sosial.

Cara Mengurangi Dampak Negatif Scrolling Media Sosial

Untuk mengelola dampak negatif scrolling, beberapa langkah praktis berikut dapat diterapkan:

  1. Batasi Waktu Penggunaan Media Sosial
    Gunakan fitur pengatur waktu atau aplikasi yang membatasi durasi penggunaan media sosial setiap hari. Misalnya, batasi penggunaan tidak lebih dari 2 jam per hari untuk menjaga keseimbangan aktivitas online dan offline.

  2. Kurasi Konten dengan Bijak
    Pilih akun atau konten yang memberikan inspirasi dan nilai positif. Hindari mengikuti akun yang cenderung menimbulkan rasa iri, cemas, atau ketidakpuasan diri.

  3. Lakukan Detoks Digital
    Cobalah untuk beristirahat dari media sosial secara berkala, misalnya sehari dalam seminggu, atau selama beberapa jam setiap hari. Gunakan waktu tersebut untuk beraktivitas fisik, membaca, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.

  4. Hindari Scrolling Sebelum Tidur
    Untuk meningkatkan kualitas tidur jauhkan diri dari smartphone, lebih baik diganti dengan membaca buku. 

  5. Latih Kesadaran Digital (Digital Mindfulness)
    Sadari kebiasaan scrolling Anda dan pertimbangkan apakah aktivitas tersebut benar-benar membawa manfaat atau hanya mengisi waktu kosong. Latihan kesadaran ini dapat membantu mengurangi penggunaan media sosial yang tidak perlu.

Kesimpulan

Scrolling media sosial adalah aktivitas yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan modern. Penggunaan media sosial secara terus-menerus dan tak terkendali disebut dengan doomscrolling. Namun, penggunaannya yang tidak terkendali dapat membawa dampak serius pada kesehatan mental, mulai dari kecemasan, depresi, hingga gangguan tidur. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Alih-alih terjebak dalam pusaran konten tanpa akhir, mari manfaatkan media sosial secara positif, untuk berjejaring, berbagi pengalaman, dan mendapatkan informasi yang bermanfaat, tanpa mengorbankan kesejahteraan mental kita. Pada akhirnya, keseimbangan antara dunia digital dan nyata adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental dalam era modern ini.

Artikel ini ditulis untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya pengelolaan waktu dan pola konsumsi media sosial untuk mendukung kesehatan mental.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun