Fenomena solstis terjadi dua kali dalam setahun, yaitu Juni dan Desember. Solstis Juni adalah fenomena ketika matahari terletak paling utara pada saat tengah hari. Pada saat solstis Juni terjadi maka panjang siang lebih lama dibandingkan panjang malam di belahan bumi bagian utara, begitu pula sebaliknya.
Fenomena solstis Juni, jika menggunakan waktu matahari sejati, matahari akan terbit lebih cepat di bumi belahan utara. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi selatan. Fenomena solstis Desember ialah ketika matahari terletak paling selatan saat tengah hari. Saat solstis Desember terjadi, panjang siang lebih lama dibanding panjang malam di belahan bumi bagian selatan dan sebaliknya.
Fenomena solstis Desember, matahari terbit lebih cepat di bumi belahan selatan. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi bagian utara. Saat Bumi berotasi juga sekaligus mengorbit Matahari, sehingga terkadang kutub utara dan belahan Bumi selatan menjauhi Matahari. Inilah kondisi solstis Juni.
Solstis, dapat didefinisikan sebagai "peristiwa ketika Matahari berada paling utara maupun selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap sumbu ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit)."
Solstis terjadi dua kali setahun, yakni Juni dan Desember. Fenomena ini disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).
Ada dua jenis solstis yang terjadi, yaitu solstis utara dan solstis selatan. Solstis utara terjadi sekitar tanggal 21 Juni setiap tahunnya. Ketika matahari di utara, belahan bumi utara mengalami puncak musim panas dan belahan bumi selatan mengalami puncak msim dingin.
Dampaknya, siang hari di belahan bumi utara akan lebih panjang. Pada masa ini, Kutub Utara yang menjadi wilayah paling dekat dengan matahari akan mengalami siang abadi, di mana matahari tidak terbenam selama sepuluh minggu berturut-turut.
Di saat yang sama, belahan bumi selatan mengalami durasi malam yang lebih panjang. Kutub Selatan akan mengalami malam abadi. Di sana, matahari tidak terbit selama beberapa minggu.
Sedangkan, solstis selatan merupakan titik balik matahari yang terjadi setiap 21 Desember setiap tahunnya. Fenomena ini ditandai dengan musim dingin di belahan bumi selatan dan musim panas di bumi utara. Efeknya sama seperti solstis utara, hanya saja yang terjadi adalah kebalikannya.
Menurut Andi Pangerang, solstis merupakan fenomena astronomi biasa yang tidak berbahaya, baik bagi bumi maupun manusia sebagai penghuninya. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengaitkan solstis dengan fenomena alam lainnya, seperti gunung berapi, gempa, tsunami, ataupun cuaca lokal.