Mohon tunggu...
Tunjung Eko Wibowo
Tunjung Eko Wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Berdamai Dengan Hati dari belajar menulis, membaca dan mencintai diri sendiri pasca pensiun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Solstis Fenomena Anomali Cuaca Biasa

20 Desember 2022   16:21 Diperbarui: 20 Desember 2022   16:46 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Image dan Desain Edit Canva

Selasa 20 Desember 2022, tiba-tiba telegramku berbunyi dengan khas ada pesan masuk dari istriku. Dalam pesannya, "Pa, beberap hari ini cuaca begitu panas walaupun hujan ternyata ada fenomena solstis, kata teman-temanku kantor!" Begitu pesan yang masuk untukku, aku hanya menjawab seperti biasa , "Iya Mimi?"

Menurutku cuaca beberapa hari terakhir memang cukup panas, hanya saja saya tidak sempat memikirkan hal itu. Namun setelah saya googling, ternyata memang berangkat dari obrolan-obrolan nitizen. Setelah saya baca dari beberap artikel juga memberikan sesuatu pengetahuan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Jadi jangan termakan hoaks, kenali, baca dan cari tahu sambil sharing.

Karena saya ingin tahu, akhirnya saya coba telegram anakku yang nomor dua, untuk menanyakan apa itu solstis. Saya rasa dia sedikit tahu dan mungkin mempelajari itu, karena kuliah di salah satu perguruan tinggi di Surabaya dengan fakultas MIPA, relatelah. Tetapi sebelum lebih jauh membahas tentang solstik yang lagi heboh dan membuat argumen sendiri, kita kembali ke era kita sekolah dulu. Sedikit belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan alam dan cuaca.

Cuaca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cuaca adalah keadaang udara (tentang suhu, cahaya matahari kelembapan, kecepatan angin, dan sebagainya) pada satu tempat tertentu dengan jangka waktu terbatas.

Selain itu, cuaca bisa menentukan periode waktu yang singkat hingga dalam waktu beberapa hari. Kondisi cuaca itu bisa dikatakan sebagai suatu gambaran fenomena cuaca yang khas, seperti diantaranya pada serangkaian badai petir di musim panas, bulan berkabut di musim gugur, ataupun kondisi cuaca lainnya yang khas untuk suatu daerah dan musim tertentu.

Unsur terbentuknya cuaca adalah radiasi matahari, suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, awan, hujan dan angin. Sedangkan jenis-jenis cuaca yang perlu kitahu tahu, antara lain panas, cerah, sejuk, hujan, cuaca berangin, dan cuaca berawan.

Anomali Cuaca

Anomali cuaca adalah perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh perubahan perputaran atau rotasi bumi. Perubahan secar tiba-tiba tsb cenderung perubahan secara ekstrim. Ada beberapa faktor penyebab anomali cuaca. 

Di antaranya hangatnya suhu muka laut di atas normal perairan Indonesia barat, masuknya aliran massa udara basah dari samudera India di maritim kontinen Indonesia, lemahnya aliran masa udara dingin Australia di wilayah Indonesia. Terjadinya daerah perlambatan, pertemuan dan belokan angin di wilayah Sumatera dan Kalimantan, yang mengakibatkan kondisi atmosfer menjadi tidak stabil sehingga terjadi peningkatan curah hujan.

Kondisi cuaca seperti itu bisa menyebabkan fenomena La Nina yang diperkirakan baru terdeteksi pada Juli, Agustus dan September. Dan akan berimbas pada meningkatnya hujan selama musim kemarau.

Foto dokumen ISK
Foto dokumen ISK

Solstis

Foto dari web Solo Pos
Foto dari web Solo Pos

Kembali mengenai perihal fenomena Soltis di beberapa hari terakhir. Kenbanyakan orang menganggap ini adalah panas biasa atau panas ekstrim. Tidak banyak yang tahu tentang solstis ini, hingga banyak bertebar berita-berita hoaks yang beredar. 

Dari jawaban anakku dia menuliskan pesan bahwa, Solstis berasal dari bahasa Latin yang artinya sol (matahari) kemudian sistere (berhenti). Peristiwa itu akan terjadi ketika jalur matahari berada di titik terjauh dari garis khatulistiwa, baik ke arah selatan atau ke arah utara. Jika solstis terjadi, maka matahari akan terbit dari tenggara dan tenggelam di barat daya. Kejadian ini dua kali dalam setahun yaitu pada 21 Juni dan 21 Desember.

"Hal itu adalah peristiwa biasa pa", kata anakku.

"Solstis terjadi karena adanya kemiringan pada sumbu rotasi bumi, jadi  waktu malam atau waktu siang terasa lebih lama dibanding biasanya. Jadi kalau yang lebih panjang itu siang, maka suhu panas akan tinggi. Sedangkan waktu malam lebih panjang maka suhu dingin akan sangat dingin. Dan itu di mulai dari  matahari terbit sampai terbenam. Semua belahan bumi akan berpengaruh pa, jika di selatan pana, maka bagian utara dingin dan sebaliknya".

Itu adalah penjelasan anakku yang disampaikan melalui telegramnya, jadi aku sedikit paham dengan perubahan cuaca yang cukup panas akhir-akhir ini. Namun ketika sore hujan turun dengan tiba-tiba.

Solstis Menurut Penjelasan BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional). 

Melansir situs resmi Pusat Sains Antariksa BRIN, fenomena solstis adalah fenomena langit yang terjadi ketika matahari melintasi garis balik utara maupun garis balik selatan. Saat solstis terjadi, matahari terletak paling utara maupun paling selatan pada saat tengah hari. Saat itu siang hari akan lebih lama dibanding durasi malam hari di belahan bumi bagian utara atau bagian selatan, tergantung periode fenomena solstis ini terjadi.

Fenomena solstis terjadi dua kali dalam setahun, yaitu Juni dan Desember. Solstis Juni adalah fenomena ketika matahari terletak paling utara pada saat tengah hari. Pada saat solstis Juni terjadi maka panjang siang lebih lama dibandingkan panjang malam di belahan bumi bagian utara, begitu pula sebaliknya.

Fenomena solstis Juni, jika menggunakan waktu matahari sejati, matahari akan terbit lebih cepat di bumi belahan utara. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi selatan. Fenomena solstis Desember ialah ketika matahari terletak paling selatan saat tengah hari. Saat solstis Desember terjadi, panjang siang lebih lama dibanding panjang malam di belahan bumi bagian selatan dan sebaliknya.

Fenomena solstis Desember, matahari terbit lebih cepat di bumi belahan selatan. Sebaliknya, matahari terbit lebih lambat di belahan bumi bagian utara. Saat Bumi berotasi juga sekaligus mengorbit Matahari, sehingga terkadang kutub utara dan belahan Bumi selatan menjauhi Matahari. Inilah kondisi solstis Juni.

Solstis, dapat didefinisikan sebagai "peristiwa ketika Matahari berada paling utara maupun selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap sumbu ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit)."

Solstis terjadi dua kali setahun, yakni Juni dan Desember. Fenomena ini disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).

Gambar dari Solo Pos
Gambar dari Solo Pos

Ada dua jenis solstis yang terjadi, yaitu solstis utara dan solstis selatan. Solstis utara terjadi sekitar tanggal 21 Juni setiap tahunnya. Ketika matahari di utara, belahan bumi utara mengalami puncak musim panas dan belahan bumi selatan mengalami puncak msim dingin.

Dampaknya, siang hari di belahan bumi utara akan lebih panjang. Pada masa ini, Kutub Utara yang menjadi wilayah paling dekat dengan matahari akan mengalami siang abadi, di mana matahari tidak terbenam selama sepuluh minggu berturut-turut.

Di saat yang sama, belahan bumi selatan mengalami durasi malam yang lebih panjang. Kutub Selatan akan mengalami malam abadi. Di sana, matahari tidak terbit selama beberapa minggu.

Sedangkan, solstis selatan merupakan titik balik matahari yang terjadi setiap 21 Desember setiap tahunnya. Fenomena ini ditandai dengan musim dingin di belahan bumi selatan dan musim panas di bumi utara. Efeknya sama seperti solstis utara, hanya saja yang terjadi adalah kebalikannya.

Menurut Andi Pangerang, solstis merupakan fenomena astronomi biasa yang tidak berbahaya, baik bagi bumi maupun manusia sebagai penghuninya. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengaitkan solstis dengan fenomena alam lainnya, seperti gunung berapi, gempa, tsunami, ataupun cuaca lokal.

Solstis sama sekali tidak berbahaya dan tidak berdampak langsung terhadap kehidupan kesehatan maupun keamanan manusia. Hanya saja kita memang merasakan cuaca cukup panas. 

Untuk bencana yang terjadi beberapa bulan ini, bukan karena solstis tetapi karena penyebab lain. Sehingga fenomena solstis ini adalah fenomena alam biasa. Kita tetap berusaha menjaga lingkungan, jaga kesehatan agar kita tetap bisa berkarya. Semoga tulisan kecil ini bermanfaat. Bumi tetap hijau dan lestari.

Salam.......sruput kopinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun