Mohon tunggu...
Tunjung Eko Wibowo
Tunjung Eko Wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Berdamai Dengan Hati dari belajar menulis, membaca dan mencintai diri sendiri pasca pensiun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hiduplah dengan Normal agar Tidak Korslet (LGBT sebagai Potret Kebebasan yang Kebablasan)

28 November 2022   14:48 Diperbarui: 28 November 2022   14:58 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Paket Crayon Titi Toko Buku Gramedia

Karena perkembangan propaganda LGBTQ+ dengan kesamaan dan kesetaraan sangat masif. Selain peran dari pemerintah dari kebijakan yang di buat, juga peran dari agamawan yang hidup di Indonesia. Karena semua agama yang ada di Indonesia secara jelas melarang berkembangnya perilaku menyimpang ini. Ketika populasi kaum LGBTQ+ semakin banyak, masyarakat umumnya baru tersadar bahwa perilaku telah mengancam keluarganya, anaknya dan remaja lainnya. 

Sementara itu perilaku menyimpang akan menumbuhkan penyakit HIV AIDS dan penyakit seksual menular lainnya yang kebanyakan menyasar kalangan remaja. Kelompok LGBT juga sudah mempunyai komunitasnya sendiri.

Mereka juga akan membuat informasi dari teknologi digital yang berkembang saat ini, untuk menambah kaumnya. Hal itu bisa di sebarkan melalui  dan terus melakukan propaganda masif untuk menambah jumlah kaumnya. Bagaimana hal itu dapat dilakukan?

1. Solusinya yang paling dasar adalah kurangi resiko yang ada dengan melakukan pencegahan dini dari dalam keluarga. Maka peran para orang tua harus benar-benar melindungi keluarga serta anak-anak dari pengaruh buruk ini. Awasi dan seringnya komunikasi agar generasi kita tetap tumbuh kembang dengan perilaku normal.

2. Pergaulan lingkungan dalam hal ini masyarakat dan warga sekitar. Dengan memberi contoh perilaku yang layak(normal) dan baik. Karena lingkungan juga berperan atas setiap perubahan. Apakah kita akan berdiam diri dari hal itu, sehingga kita di lingkungan masyarakat kita terdekat juga sebagai tameng. Jangan sampai LGBTQ+ akan menggerogoti setelah miras dan narkoba.

3. Menciptakan konsep hidup sehat dengan perilaku yang sehat, seperti kegiatan yang positif. Dari pribadi yang sehat, keluarga yang sehat maka akan tercipta konsep hidup yang sehat. Sehat secara fisik, berperilaku, berpikir dan bergaul. Termasuk menjauhi hal-hal yang mengarah pada pornografi.

4. Jika sudah merasa mempunyai kehidupan yang menyimpang, harus berobat dan konsultasi di psikiater yang tepat. Yang tentu saja harus dekat dengan Tuhan apapun kepercayaan agamanya. Menjauhi komunitas serta kegiatan yang berhubungan dengan LGBTQ+.

5. Memberikan pengertian kembali tentang orientasi seks yang benar, agar tidak makin terjerumus.

6. Kebijakan pemerintah yang tepat dan berimbang. Serta peran serta rohaniwan dan agamawan dalam memberikan jiwa keagamaan serta berKetuhanan dalam setiap kajiannya

Walaupun menjadi baik, kasih sayang, berbagi kasih, kebahagiaan berkehidupan, pencapaian karir ataupun prestasi seseorang tidak bergantung pada kelamin, agama ataupun orientasi seksual. Tetapi ingat....Tuhan menciptakan segala sesuatu hanya ada dua (laki-laki dan perempuan, kanan dan kiri, atas dan bawah, positif dan negatif)dsb. Sehingga itulah kodrat yang secara normal agar kehidupan ini langgeng. Orientasi seksual dan identitas gender bukanlah sebuah "tren". Ada sejarah yang terekam untuk setiap negara di seluruh dunia. Namun sekali lagi bahwa manusia tercipta karena identitas atas dasar hukum posistif dari Tuhan.

Salam

Tunjung(yang masih belajar menulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun