Saya    : "Eh ... eh .... adik. Bapak sama Ibu lagi diskusi soal masa depan, dik."
Anak    : "Masa depan siapa, si Komar? Nggak usah dibahas dah, si Komar mah anaknya emang bosenin, nyebelin, nggak bisa diajak berteman!"
Dialog #8
Dia      : "Masbro, gimana tuh jagoan sampeyan. Mosok ngucap Al-Fatehah aja nggak becus? Al- Fateka."
Saya    : "Masalah, yah?"
Dia      : "Ya, masalahlah! Al-Fatehah itu surat utama dalam Al-Qur'an. Dibaca 17 kali dalam sehari, kok masih salah! Apa dia kalo sholat nggak baca Al-Fatehah?"
Saya    : "Waah....serius sekali ini rupanya."
Dia      : "Dua rius, malahan."
Saya    : "Begini. Pertama. Saya merasa nggak pantas untuk menilai bacaan beliau benar atau salah. Karena saya sendiri masih sering nggak pas mengucapkan antara "dal" () dan "dhod" (), antara "kha"() dan "ha"(), antara "sin"() dan "sho" (), antara "syin"() dan "tsa'"()."
Dia      : "Ya ... ya ... ya ... terus yang kedua?"
Saya    : "Yang kedua. Nggak ada dalam Al-Quran kata 'Al-Fatehah', karena dalam bahasa Arab nggak ada vokal 'e', adana vokal 'i', jadi ang benar 'Al-Fatihah'. Surat Al-Fatihah emang dibaca 17 kali dalam sholat, tapi kata 'Al-Fatihah' sendiri nggak pernah diucapkan. Coba baca baik-baik, ada nggak kata 'Al-Fatihah' dalam surat Al-Fatihah? Nggak ada, kan? Sama halnya dengan surat 'Al-Ikhlas', di dalamnya nggak ada satu pun kata 'Al-Ikhlas'. Beliau hanya kurang pas mengucapkan sebuah nama atau judul surat, jadi menurut saya hal itu nggak perlu dipermasalahkan."