“Ini bukan masalah mau nikah sama sapa, mas Alif. Tapi, kenapa Bapak mau nikah lagi! Bapak mau melupakan ibu, ya?! Atau Bapak udah gak tahan menduda, iya?!”
Nuning pun terus memberondong Bapaknya.
“Bapak ‘kan pernah bilang kalo Ibu itu cinta terakhir Bapak. Kok sekarang mau nikah lagi?! Bapak mau mengkhianati Ibu, ya?!”
“Sabar dikit, Ning!”
“Pokoknya Nuning gak setuju!”
“Wadhuhhh …. Kalo udah keluar kata ‘pokoknya’, repot ini.”
“Dengar dulu penjelasan Bapak, kenapa sih!”
Mendengar bentakan kakaknya, Nuning pun diam. Wajahnya terlihat masam.
“Nduk, Bapak memahami kemarahanmu. Tapi, tolong kamu pahami juga maksud Bapak.”
Setelah menghela nafas sebentar, Teguh pun melanjutkan,
“Nduk, cepat atau lambat kamu juga akan menikah. Punya keluarga sendiri. Dan sebagai istri tentu waktumu lebih banyak untuk suami dan anak-anakmu. Dan jika saat itu tiba, Bapak akan sendirian, untuk itulah Bapak butuh pendamping.”