“Naah, berarti ucapan ‘semoga panjang umur’ itu kurang tepat karena faktanya dengan bertambahnya tahun hidup kita justru makin pendek. Betul, nggak?”
“Betul, Pak.”
“Itu pun kalo betul umur saya 65 tahun. Gimana kalo ternyata umur saya nggak sampe 65. Misalnya hanya enam puluh atau 55 tahun. Berarti umur saya makin pendek lagi, makin dekat dengan liang lahat.”
Kami pun makin diam membisu mendengar ceramah boss. Boss pun diam sejenak memandangi kami yang diam membisu. Kami tidak menyangka kue tart dan bingkisan mungil yang kami harapkan bisa membuat suasana jadi meriah justru membuat kami jadi mati gaya.
“Lhoo … kok diam semua?”
Kami hanya bisa saling pandang. Saya pun memberanikan diri bilang sama boss.
“Ee … em … maaf kalo gitu, Pak. Kalo Bapak nggak berkenan, kue dan bingkisan ini akan kami tarik kembali.”
“Jangan. Kue dan bingkisan ini tetap saya terima untuk menghargai jerih payah kalian, yang sudah mau repot-repot begini. Sekarang, kalian mau makan di mana?”
Mendengar tawaran boss, kami pun langsung sumringah.
“Ehehehe …. Ya, terserah Bapak saja.”
“OK. Ayo, kita cari makan yang enak di luar. Tapi, nanti kamu yang bayar dulu ya, Lin. Potongkan gaji saya bulan depan.”