“Kalian duduk dululah. Ambil kursi lagi di luar sana!”
Saya pun pergi ambil dua kursi lagi, karena di ruangan boss hanya ada dua kursi.
“Sebelumnya saya minta maaf jika apa yang akan saya sampaikan nanti kurang atau nggak berkenan di hati kalian. Saya harap kalian nggak salah paham.”
Terlihat boss menghela nafas. Kami pun jadi bertanya-tanya dalam hati, kira-kira apa yang akan disampaikan oleh boss. Boss pun mulai buka suara.
“Begini. Di keluarga saya nggak ada kebiasaan merayakan ulang tahun. Dari kecil orang tua saya nggak pernah merayakan ulang tahun anak-anaknya. Itu kebiasaan yang hanya buang-buang uang saja, kata orang tua saya. Mohon dimaklumi, orang tua saya hanya seorang pensiunan TNI dengan delapan anak yang jadi tanggungannya. Jadi merayakan ulang tahun tidak pernah ada dalam daftar hidup kami. Hal itu terbawa sampai saya berkeluarga. Sampai sekarang anak-anak saya nggak ada yang merayakan ulang tahunnya. Tapi, kami nggak mengharamkan atau menyalahkan mereka yang merayakan ulang tahunnya. Silakan saja, itu hak mereka. Makanya kalo ada undangan ulang tahun, kami tetap datang.”
Kami jadi terdiam, membisu. Merasa jadi serba salah. Boss pun melanjutkan petuahnya.
“Kalian tahu berapa umur saya sekarang?”
“Tahu, Pak.”
“Berapa?”
“Empat puluh lapan tahun, Pak.”
“Waahhh … hebat! Ternyata kalian memang betul-betul perhatian.”