Karina menyeruput sedikit. Hmm, memang enak. Tapi bukan kopinya yang membuat dia tersenyum. Tapi wajah antusias Nino dengan senyuman indah menawan yang selalu bisa membuatnya bahagia.
"Gimana? Enak kan?" tanya Nino penuh harap.
"Iya, enak," Karina mengangguk, "tapi tetep lebih enak liat muka kamu."
Nino tersipu, "Ih, gombal kamu!"
Mereka tertawa bersama, menghabiskan sore yang indah di kafe favorit mereka.
*kembali ke masa kini*
Karina mengerjapkan mata, mengusir air mata yang mulai menggenang. Sudah setahun berlalu sejak kecelakaan itu. Sejak hujan merenggut Nino darinya.
Dia merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah amplop lusuh. Surat terakhir dari Nino. Dibaca Karina lagi untuk kesekian kali.
"Dek,Â
Maaf ya aku telat pulang. Hujannya deres banget nih. Tapi tenang, aku bakal hati-hati kok. Jangan lupa makan ya! Aku bawain oleh-oleh buat kamu. I love you, selalu.
-Yours"