Mohon tunggu...
Tedd Shadynnov
Tedd Shadynnov Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menyukai Menulis Sejak Masih SMP Dan Lebih Banyak Tulisan Non Fiksi. Tapi Sekarang Mulai Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku Obati Hatimu, Kau Lukai Hatiku

24 Agustus 2024   12:31 Diperbarui: 24 Agustus 2024   12:33 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ombak memecah di dermaga, suaranya berdebur seperti degup jantung Andi yang tak karuan. Matanya terpaku pada sosok wanita yang berdiri sendirian di ujung dermaga, rambutnya berkibar ditiup angin laut. Ada sesuatu dalam postur tubuhnya yang membuat Andi tak bisa mengalihkan pandangan - kerapuhan jiwa yang begitu nyata, seolah dia bisa hancur kapan saja.

Tanpa sadar, Andi melangkah mendekat. "Permisi, Mbak. Maaf, saya lihat Mbak dari tadi... Apa Mbak baik-baik saja?"

Wanita itu menoleh, matanya sembab dan merah. Untuk sesaat, Andi merasa dunianya berhenti berputar.

"Saya... saya baru saja bercerai," ujar wanita itu lirih.

Hati Andi terhenyak. Entah mengapa, dia merasa terpanggil untuk menghibur wanita ini. "Namaku Andi," dia memperkenalkan diri. "Mau cerita?"

Begitulah awal pertemuan Andi dengan Rani. Malam itu mereka berbincang hingga larut, Rani mencurahkan seluruh isi hatinya, dan Andi mendengarkan dengan sabar. Ada sesuatu yang special dalam diri Rani yang membuat Andi ingin melindunginya, membuatnya tersenyum lagi.

Hari-hari berlalu, dan tanpa sadar Andi mulai menantikan setiap pertemuan mereka di dermaga. Dia menikmati tawa Rani yang perlahan kembali, suka memandangi matanya yang berbinar saat bercerita tentang harinya. Andi merasa istimewa karena bisa menjadi sandaran Rani di saat-saat terberatnya.

"Kamu tahu, Ndi?" ujar Rani suatu malam. "Berkat kamu, aku mulai percaya lagi sama cinta."

Jantung Andi berdegup kencang. Pikirannya bertanya-tanya Apa Rani juga memiliki perasaan cinta yang sama? Sayangnya, Dia ingin mengungkapkan perasaannya, tapi tak kesampaian. Andi hanya takut merusak apa yang sudah terbangun beberapa waktu belakangan.

Namun, takdir punya rencana lain. Rani mulai jarang muncul di dermaga. Saat Andi menghubunginya, selalu ada alasan untuk tidak bertemu. Firasat buruk mulai menghantuinya.

Hingga suatu hari, Andi melihat Rani di sebuah kafe, tertawa bahagia bersama seorang pria. Pria itu tampan, berpakaian mahal, jelas dari kalangan berada. Hati Andi seketika hancur.

Malam itu, Andi duduk sendirian di dermaga, tempat yang dulu penuh kenangan indah kini terasa begitu menyakitkan. Ponselnya bergetar - sebuah pesan dari Rani:

"Maaf, Ndi. Aku rasa kita nggak bisa ketemu lagi. Makasih untuk semuanya. Semoga kamu bahagia."

Andi merasakan dunianya runtuh. Dia merasa hanya menjadi pelabuhan sementara bagi Rani, tempat berlabuh saat badai menerjang, namun ditinggalkan begitu cuaca cerah.

Hari-hari berikutnya menjadi hari yang begitu kelabu bahkan jauh lebih kelabu dibanding selama yang ia punya. Andi yang semula ceria, sekarang? dia hanya seorang pengkhayal yang terus berharap Rani akan kembali, menjelaskan bahwa semua ini hanya tidak benar. Tapi Rani benar-benar menghilang dari hidupnya.

Suatu hari, Andi tak sengaja berpapasan dengan Rani di sebuah mal. Rani bergandengan mesra dengan pria yang dilihatnya di kafe waktu itu. Mata mereka bertemu sejenak, dan Andi melihat sekelebat rasa bersalah di mata Rani. Namun, secepat kilat, Rani mengalihkan pandangan dan berlalu, seolah Andi hanyalah orang asing.

Malam itu, Andi kembali ke dermaga. Dia memandang jauh ke lautan, merasakan angin laut yang dulu selalu dia nikmati bersama Rani.

"Aku cuma pelabuhan sementara," bisiknya pada diri sendiri, suaranya tercekat menahan tangis. "Tapi kenapa rasanya sesakit ini?"

Andi mengeluarkan notes kecil dari sakunya - hadiah dari Rani dulu. Di dalamnya, Rani pernah menulis: "Terima kasih sudah menjadi temanku selama ini." Kini, kata-kata itu terasa begitu menyakitkan.

Dia ingin marah pada Rani, ingin membencinya atas apa yang telah dia lakukan. Tapi Andi tak bisa. Karena jauh di lubuk hatinya, dia masih berharap suatu hari nanti Rani akan kembali.

Ombak terus berdebur di dermaga, seolah mengejek harapan kosong Andi. Namun dia tetap duduk di sana, menatap cakrawala, menunggu kapal yang mungkin tak akan pernah kembali berlabuh. Mungkin suatu hari nanti, Andi akan belajar untuk melepaskan.

Mungkin suatu hari, luka di hatinya akan sembuh. Tapi untuk saat ini, di dermaga ini, Andi masih menjadi pelabuhan setia - pelabuhan yang menunggu dalam sunyi, berharap suatu hari nanti akan ada kapal yang menjadikannya rumah, bukan hanya tempat persinggahan sementara.

"Ku Obati Luka dihatimu, kenapa malah kamu yang membuat luka dihatiku" Andi bergumam sedih sambil berjalan gontai mengikuti arah angin bertiup. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun