Mohon tunggu...
Tedd Shadynnov
Tedd Shadynnov Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menyukai Menulis Sejak Masih SMP Dan Lebih Banyak Tulisan Non Fiksi. Tapi Sekarang Mulai Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku Obati Hatimu, Kau Lukai Hatiku

24 Agustus 2024   12:31 Diperbarui: 24 Agustus 2024   12:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga suatu hari, Andi melihat Rani di sebuah kafe, tertawa bahagia bersama seorang pria. Pria itu tampan, berpakaian mahal, jelas dari kalangan berada. Hati Andi seketika hancur.

Malam itu, Andi duduk sendirian di dermaga, tempat yang dulu penuh kenangan indah kini terasa begitu menyakitkan. Ponselnya bergetar - sebuah pesan dari Rani:

"Maaf, Ndi. Aku rasa kita nggak bisa ketemu lagi. Makasih untuk semuanya. Semoga kamu bahagia."

Andi merasakan dunianya runtuh. Dia merasa hanya menjadi pelabuhan sementara bagi Rani, tempat berlabuh saat badai menerjang, namun ditinggalkan begitu cuaca cerah.

Hari-hari berikutnya menjadi hari yang begitu kelabu bahkan jauh lebih kelabu dibanding selama yang ia punya. Andi yang semula ceria, sekarang? dia hanya seorang pengkhayal yang terus berharap Rani akan kembali, menjelaskan bahwa semua ini hanya tidak benar. Tapi Rani benar-benar menghilang dari hidupnya.

Suatu hari, Andi tak sengaja berpapasan dengan Rani di sebuah mal. Rani bergandengan mesra dengan pria yang dilihatnya di kafe waktu itu. Mata mereka bertemu sejenak, dan Andi melihat sekelebat rasa bersalah di mata Rani. Namun, secepat kilat, Rani mengalihkan pandangan dan berlalu, seolah Andi hanyalah orang asing.

Malam itu, Andi kembali ke dermaga. Dia memandang jauh ke lautan, merasakan angin laut yang dulu selalu dia nikmati bersama Rani.

"Aku cuma pelabuhan sementara," bisiknya pada diri sendiri, suaranya tercekat menahan tangis. "Tapi kenapa rasanya sesakit ini?"

Andi mengeluarkan notes kecil dari sakunya - hadiah dari Rani dulu. Di dalamnya, Rani pernah menulis: "Terima kasih sudah menjadi temanku selama ini." Kini, kata-kata itu terasa begitu menyakitkan.

Dia ingin marah pada Rani, ingin membencinya atas apa yang telah dia lakukan. Tapi Andi tak bisa. Karena jauh di lubuk hatinya, dia masih berharap suatu hari nanti Rani akan kembali.

Ombak terus berdebur di dermaga, seolah mengejek harapan kosong Andi. Namun dia tetap duduk di sana, menatap cakrawala, menunggu kapal yang mungkin tak akan pernah kembali berlabuh. Mungkin suatu hari nanti, Andi akan belajar untuk melepaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun