Mohon tunggu...
Mas Sunar
Mas Sunar Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidik yang belajar menulis juga berbisnis untuk bisa berbagi manfaat lebih banyak. Saat ini tinggal di Wonogiri

Beda itu biasa, yang luar biasa jika perbedaan bukan penyebab permusuhan tapi sarana saling melengkapi. \r\nJika apa yg kusampaikan beda karena sesungguhnya tak ada perkara yang sama di alam semesta ini.\r\nDunia ini meski lengkap segala sesuatunya tapi tidak ada yang sempurna.\r\nSalam damai, Semangat terus perbaiki diri agar semakin berarti\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada, Bukan Sekedar Coblosan

4 Desember 2015   00:30 Diperbarui: 4 Desember 2015   01:56 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="gambar dari google with editing"]
[/caption]PILKADA serentak yang akan digelar 9 Desember 2015 nanti, memang luar biasa. Banyak hal yang dapat kita ambil hikmah atau pelajarannya. Dari berbagai aksi masing-masing Calon, masing Tim Suksesnya. Aneka polah tingkah, dari yang begitu bikin simpati sampai benci setengah mati. Dari yang terhormat sampai yang terlaknat. Dari yang penuh manfaat, hingga banyak mudharat. Semua terekam menghiasi berbagai media. Baik media sosial, seperti facebook, twitter, google plus, path, dll. Media cetak, koran , majalah, tabloid, jurnal dll. Media elektronik, televisi, radio, baik tingkat nasional atau lokal.

PILKADA yang begitu banyak menghabis biaya. Entah berapa Trilyun, uang yang harus dikeluarkan untuk perhelatan akbar ini. Aku juga tidak tahu. Juga tidak ingin tahu persisnya berapa. Yang jelas sangat banyak, untuk seluruh Indonesia. Baik itu dari pihak pemerintah sendiri maupun dari masing-masing kandidat peserta.

Dana yang begitu besar, berharap dengan adanya pesta demokrasi atau ajang demokrasi. Tujuan yang hendak diwujudkan bersama adalah terbentuknya kedewasaan warga masyarakat dalam berpikir, bersikap dan bertindak.

Perlu disadari dengan sesadar-sadarnya, bahwa perbedaan itu akan selalu hadir ditengah-tengah kita. Perbedaan yang semestinya dimanfaatkan untuk saling melengkapi, tapi malah sering jadi penyebab permusuhan di sana sini. Kedewasaan yang diharapkan terbentuk, namun justru sifat kekanak-kanakan yang muncul. Walau sejatinya sangat beda. Sifat kekanak-kanakan dan sifat anak-anak di lapangan. Jika orang dewasa, bersifat kekanakan dan sudah bermusuhan, kadang sampai menjadi dendam abadi yang sulit padam. Tapi jika dunia anak-anak, saat ini berkelahi, sampai nangis, sampai terluka, namun sesaat kemudian telah akur dan rukun kembali. Seakan tak pernah terjadi apa-apa.

PILKADA, sebagai salah satu media demokrasi untuk memilih Pemimpin suatu wilayah. Masih banyak hal yang perlu dicatat dengan catatan yang tebal. Karena yang terpilih kadang belum sesuai harapan. Calon terbaik yang sebenarnya, kadang harus terjengkang dari kancah pertarungan karena tak mampu mengimbangi permainan kasar lawannya. Yang menggunakan jurus segala macam yang bersemboyan “sing penting menang”.

PILKADA, selain media demokrasi memilih Pemimpin. Juga sebagai ajang saling menebar peduli dan simpati. Saling berbagi dan saling menolong. Orang menjadi mendadak begitu baik. Orang mendadak begitu alim. Ada perubahan yang begitu dragtis. Tapi di sisi lain sifat arogan, ingin menang sendiri juga tumbuh subur. berkembangnya kecurangan. Saling teror dan intimidasi. Mengancam-ancam dan mengincim-incim.

PILKADA, Bukan Sekedar Coblosan

Itulah nyatanya. Bukan sekedar kita datang ke TPS kurang lebih 5 menit. Banyak hal yang harus kita pikirkan dan renungkan. Akan ada dampak besar untuk sebuah masa depan masyarakat. Berimbas pada bangsa dan negara. Akankah membawa kebaikan atau keburukan. Proses mencoblos yang berkisar 5 menit bahkan mungkin kurang, berdampak minimal 5 tahun ke depan, bahkan mungkin lebih. Berdampak terwujudnya masyarakat menjadi lebih baik atau makin terpuruk.

Maka dalam menghadapi PILKADA ini pun banyak sikap yang bermacam-macam. Ada yang begitu semangat karena berharap ada perubahan lebih baik. Ada pula yang bersikap cuek. Tidak peduli sama sekali. Kadang mereka pun berujar, “yang jadi siapa pun, tak ada perubahan  pada dirinya.”  Kata mereka, jika saat ini aku kuli yang ya tetap kuli, bekerja sendiri, mencukupi kebutuhan sendiri. Tukang ngarit , tetep ngarit. Tukang angon, tetep angon. Dan masih banyak sikap mereka. Artinya pilihan tak akan menguntungkan mereka dan tak mengubah nasib mereka. Sama saja.

Golput masih yahuud.....

Fenomena GOLPUT tetap  menarik untuk dibahas. Baik  GOLPUT versi terbaru yang tidak kita kenal sebelumnya ataupun GOLPUT versi lama yang sudah cukup kita kenal. GOLPUT versi terbaru ini, saya menyebutnya sebagai para pendukung KORUPTOR. GOLPUT yang merupakan singkatan dari GOLongan Penerima Uang Tunai. Teman dari GOLPUT versi ini pun ada semboyan yang lain. NPWP = Nomor Piro Wani Piro. Ora ongkos ora coblos. Ora udhu ora payu.

GOLPUT yang versi lama adalah yang sudah kita kenal sebelumnya. Sekelompok orang karena merasa  dari sekian Calon dianggap tidak memenuhi kriteria yang mereka harapkan. Mereka tidak datang ke TPS untuk mencoblos. Atau jika ada yang datang, maka mereka mencoblos dengan suara rusak alias tidak sah. Mereka berbuat semacam itu karena melihat yang sudah jadi berkelakuan semakin bejat. Mereka tak mau terlibat, berlepas diri tak mau ikut bertanggung jawab. Tak mau ikut menanggung dosa. Padahal, jika nanti terpilih Calon yang berakhlak dan berperilaku tidak baik, apakah mereka tidak dimintai pertanggungjawaban. Biarlah mereka menyiapkan jawaban tersendiri.

PILKADA, Bukan Sekedar Coblosan

Bukan. Bukan sekedar coblosan pada gambar di kertas kartu suara. Namun dari situ aakan ada efek yang luar biar terhadap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Untuk itu, mari kita tetap berpikir meski sejenak sebelum menentukan pilihan. Tetap berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar pilihan kita terbaik dan membawa kebaikan. Karena, sesungguhnya tiada yang percuma dalam setiap amal perbuatan yang kita lakukan. Termasuk pencoblosan kartu suara saat PILKADA nanti.

Masih ada waktu untuk berpikir secara jernih. Bertindak sesuai hati nurani. Hati nurani adalah rasa diri yang terlindungi dari pengaruh luar. Hati yang disinari cahaya Ilahi. Hati yang tidak rontok oleh gempuran uang dan sembako serta iming-iming duniawi lainnya. Hati pemandu jiwa menuju jalan keselamatan.

Untuk itu kepada segenap Sahabat, Bapak Ibu, Kang mas Mbakyu, Adik Kakak,  seluruh warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih. Mari sambut PILKADA tanggal 9 Desember 2015 dengan berjiwa dewasa dan ksatria. Pastikan Anda memilih. Dan jangan lupa doakan yang kau pilih menjadi Pemimpin yang baik dan adil. Pemimpin yang akan menuntun kita menjadi manusia yang semakin  mantap mengabdi kepada Yang Maha Kuasa. Pemimpin yang senantiasa mengingatkan kita di saat lupa. Pemimpin yang kita cintai dan Dia pun mencintai kita.

Selamat memilih, Selamat menikmati Pesta Demokrasi 

boleh dibaca juga pada link kangsunar.blogspot.co.id

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun