Mohon tunggu...
Massari Inong Tanaurant
Massari Inong Tanaurant Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Hanya seorang mahasiswi yang tengah membiasakan diri menulis ribuan kata sembari memikirkan kapan lagi menonton drakor.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Diplomasi Panda ala Cina: Persinggungan antara Politik, Ekonomi, hingga Konservasi

18 Juni 2022   16:34 Diperbarui: 20 Juni 2022   07:58 4314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panda: duta besar yang menggemaskan. Sumber gambar diambil dari: Pixabay

"Diplomasi" dapat dimaknai sebagai upaya penguatan jalinan persahabatan dan kerja sama antarnegara guna mencapai kepentingan nasional sekaligus mencegah terjadinya konflik. 

Langkah-langkah yang ditempuh guna memengaruhi keberhasilan diplomasi pun beragam, seperti memasukkan unsur kuliner, budaya, hingga panda.

Eh, panda? Betul. Strategi diplomasi dengan perantara hewan berbulu nan menggemaskan ini telah lama diadopsi oleh Cina untuk mempererat kerja sama dengan negara-negara lain. 

Tidak melulu seputar diplomasi dan politik. Jika ditilik secara mendalam, diplomasi panda ini juga bersinggungan dengan aspek ekonomi hingga konservasi, lho. Yuk, simak bersama penjelasan lengkapnya!

Perjalanan Sejarah Diplomasi Panda

Dilansir dari laman History.com, inisiasi Cina untuk memanfaatkan panda sebagai media diplomasi diyakini telah muncul pada masa Dinasti Tang atau sekitar abad ke-7 Masehi. 

Kala itu, Permaisuri Wu Zeitan mengirimkan sepasang beruang raksasa -- yang dipercayai merupakan panda -- sebagai hadiah untuk Jepang.

Baru kemudian pada tahun 1941, yakni menjelang keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, Cina -- melalui Presiden Chiang Kai-shek -- kembali menyemarakkan diplomasi panda dengan mengirimkan dua ekor hewan endemik tersebut ke kebun binatang Bronx, New York.

Selain Presiden Chiang Kai-shek, tercatat bahwa pada tahun 1950, mantan ketua Partai Komunis Cina, Mao Zedong, turut melanjutkan diplomasi panda ini ke beberapa negara persekutuan komunis, seperti Uni Soviet dan Korea Utara.

Cina kemudian kembali menghadiahkan Amerika Serikat sepasang panda berusia 18 bulan bernama Hsing-Hsing dan Ling-Ling pada tahun 1972 setelah mendapat kunjungan dari Presiden Amerika Serikat ke-37, Richard Nixon. 

Kunjungan Nixon ke Cina ini dimaksudkan untuk menyelesaikan ketegangan di antara kedua negara yang telah terjadi sepanjang 25 tahun terakhir.

Diplomasi panda ala Cina ini pun kian berlanjut hingga ke Benua Biru -- Eropa. Saat melakukan kunjungan ke Cina pada tahun 1974, Perdana Menteri Inggris kala itu, Edward Heath, mengajukan permohonan untuk menghadirkan Chia-Chia dan Ching-Ching --sepasang panda asal Cina-- di Kebun Binatang London.

Perlu diketahui bahwa sejak awal abad ke-21, motivasi diplomasi panda yang diterapkan oleh Cina telah mengalami pergeseran dari yang awalnya merupakan "hadiah diplomasi" menjadi sistem sewa panda.

Hewan-hewan tersebut akan dipinjamkan untuk sementara waktu kepada negara-negara yang tertarik untuk mengembangbiakkan panda.

Dilansir dari laman bbc.com, diketahui bahwa hingga tahun 2019, Cina -- melalui diplomasi panda -- telah meminjamkan hewan tersebut ke 26 kebun binatang yang tersebar di 18 negara, tidak terkecuali Indonesia.

Diplomasi Panda di Indonesia: Persinggungan Ranah Politik, Ekonomi, hingga Konservasi

Sebagai salah satu negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Cina, Indonesia juga mendapat kesempatan untuk menjadi negara ke-16 yang dapat mengembangbiakkan dua ekor panda dari Negeri Tirai Bambu ini.

Dalam jangka waktu peminjaman selama sepuluh tahun. Tepatnya, pada tahun 2017, Indonesia kedatangan sepasang panda bernama Cai Tao dan Hu Chun yang dialokasikan di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor.

Sesuai dengan tujuan awalnya, diplomasi panda ini merupakan langkah "menggemaskan" Cina untuk meningkatkan reputasi dan citra diri di panggung internasional sekaligus sebagai penguat kerja sama dan kekerabatan dengan Indonesia. Selain itu, citra dan kepercayaan akan konservasi di Indonesia juga tidak kalah meningkat, mengingat bahwa peminjaman panda dari Cina ini tergolong "pilih-pilih".

Dengan kehadiran sepasang panda tersebut, diharapkan situasi sengit yang tercipta antara Indonesia dengan Cina akibat permasalahan Laut China Selatan dapat ditanggulangi secara bersahabat. 

Selanjutnya, diplomasi panda ini juga diharapkan menjadi babak baru kerja sama konservasi satwa dengan turut meminjamkan beberapa hewan endemik Indonesia ke Cina untuk dikembangbiakkan.

Kedatangan dua ekor panda ini kemudian memicu tingginya antusiasme masyarakat Indonesia. Tercatat bahwa pada tahun 2017 terdapat total 1.765.336 pengunjung Taman Safari Indonesia dari kalangan domestik hingga internasional, yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 1.782.416 (Rossi, 2020, dikutip oleh Mayangsari, dkk, 2021).

Kendatipun disambut antusiasme dari masyarakat Indonesia, seperti yang dilansir dari Liputan6.com, kedatangan dua ekor panda ini kemudian menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait mahalnya biaya perawatan yang ditaksir mampu mencapai US$ 1 juta atau Rp13 miliar per tahunnya. 

Bahkan, sejumlah US$ 400 ribu atau Rp5,4 miliar pun wajib dibayarkan kepada pemerintah Cina sebagai biaya konservasi apabila panda berhasil berkembang biak. 

Tidak sampai di situ saja, ketika berusia dua tahun, anak panda tersebut harus dikembalikan ke negara asalnya. Dengan demikian, tidak heran banyak pihak yang mengkritik diplomasi panda sebagai "investasi yang tidak berguna".

Walaupun begitu, diplomasi panda telah berhasil menyikapi status hewan ini yang dulunya terancam punah. 

Dilansir dari Republika.com, keseriusan Cina dalam melestarikan hewan endemik ini dengan mengupayakannya sebagai media diplomasi juga turut mengubah status panda dari "terancam punah" menjadi "rentan" dengan jumlahnya di alam bebas mencapai 1.800 ekor. 

Hal ini dapat dijadikan pembelajaran bersama, mengingat betapa berkomitmennya Cina akan salah satu kekayaan nasionalnya tersebut. 

Dengan diplomasi panda ini, kita juga dapat meningkatkan wawasan dan kesadaran akan pentingnya kepedulian terhadap hewan-hewan yang terancam punah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun