Sejak saat itu eksistensinya sebagai dalang pakem semakin meluas. Dalam sebulan bisa 3 sampai 4 kali mentas. Sampai kemudian datang pandemi covid-19.
Dari hasil mentas inilah beliau dapat melengkapi sarana pementasan berupa perangkat gamelan lengkap dan satu set wayang.
Selama dua tahun tidak pernah ada undangan untuk mendalang. Akan tetapi jiwa seninya tidak pernah padam. Untuk mengasah kemampuannya, setiap minggu mengadakan 'sepel'. Latihan lengkap dengan setidaknya 17 niyaga (penabuh gamelan) dan sinden.
Seiring dengan pelonggaran PPKM. Sudah mulai ada 'tanggapan' dari instansi pemerintah. Pembuka harapan. Seperti jiwanya yang terus berkobar untuk melestarikan seni pewayangan.
Jkt, 070522
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H