Selain sungkem kepada orang tua dan silaturahmi ke sanak saudara. Hal yang paling membahagiakan saat mudik lebaran adalah reuni.Â
Bertemu kembali dengan teman-teman sepermainan di masa kecil. Sungguh sangat menyenangkan hati. Sekedar berbincang tentang perjalanan hidup.
Obrolan semakin seru ketika mengenang kelakuan di masa kanak-kanak. Iseng dan 'nakal'. Tak ketinggalan beragam jenis permainan.
Dari puluhan teman sekelas. Hanya beberapa teman yang masih tinggal di kampung. Lainnya menyebar ke beberapa kota.
Salah satu yang masih tinggal di kampung bernama Wiyono. Berkebetulan saat ini beliau menjabat sebagai Dukuh (Kepala Kampung).
Pelestari Budaya Seni Pewayangan
Minatnya sudah kelihatan sejak kecil. Paling getol nonton wayang kulit. Di manapun ada pementasan wayang kulit pasti disambangi.
Setiap jam istirahat atau sedang kongkow di gardu ronda. Spontan saja 'ndalang'. Satu babakan atau episode kisah Mahabarata atau Ramayana.Â
Sekarang beliau sudah menjadi dalang terkenal. Apalagi setelah mendapatkan gelar Mas Ngabehi Ki Cermo Joyo Wiyono dari Ngarso Dalem Sri Sultan HB X pada tahun 2012.
Sejak saat itu eksistensinya sebagai dalang pakem semakin meluas. Dalam sebulan bisa 3 sampai 4 kali mentas. Sampai kemudian datang pandemi covid-19.
Dari hasil mentas inilah beliau dapat melengkapi sarana pementasan berupa perangkat gamelan lengkap dan satu set wayang.
Selama dua tahun tidak pernah ada undangan untuk mendalang. Akan tetapi jiwa seninya tidak pernah padam. Untuk mengasah kemampuannya, setiap minggu mengadakan 'sepel'. Latihan lengkap dengan setidaknya 17 niyaga (penabuh gamelan) dan sinden.
Seiring dengan pelonggaran PPKM. Sudah mulai ada 'tanggapan' dari instansi pemerintah. Pembuka harapan. Seperti jiwanya yang terus berkobar untuk melestarikan seni pewayangan.
Jkt, 070522
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H