"Minumnya apa mas ?", tanyanya sambil menghidangkan bubur ayam yang masih hangat.
"Montok banget", kataku keceplosan.
"Apanya mas ?", tanyanya.
"Potongan daging ayamnya", kataku sambil melempar senyum.
Dia membalas dengan senyum yang manis sekali. Jantungku berdegup kencang.
Aku sengaja mencari tempat duduk di samping agak jauh dari gerobak bubur. Tidak seperti orang-orang yang memesan 2 mangkok sekaligus, aku memesan satu mangkok dulu. Setelah habis setengah mangkok aku pum memesan minuman dulu. Nanti baru nambah bubur ayamnya, biasa strategi. Jadinya dia kan bolak-balik melayani aku.
"Teh manis satu. Jangan terlalu banyak gula", pintaku.
Sejenak kemudian dia datang menyorongkan pesanan teh manis untukku.
"Kok gulanya sedikit mas. Punya diabet ya", tanyanya.
"Nggak. Kan kalo kamu nemenin aku makan di sini jadi manis", godaku.
Dia hanya tersenyum. Maniis sekali.