Setelah semangkok bubur ayam habis, taktik kedua aku jalankan.
"Buburnya satu lagi dong", kataku.
Sejenak kemudian dia datang lagi membawa semangkok bubur ayam pesananku. Karena banyak pelanggan yang sudah pulang dia jadi begitu cepat melayani pesananku. Akupun jadi bisa ngobrol lama dengannya.
Sambil mengobrol mataku melihat tukang tanaman yang asyiik menyirami tanamannya dalam pot. Koleksi tanamannya subur-subur dan indah.
            **
Sebelum tengah hari aku pulang dengan membawa oleh-oleh. Tapi aku bingung bagaimana aku harus menerangkan ini semua kepada istriku. pati istriku akan mencak-mencak , apalagi kalau dia tahu aku harus mengeluarkan uang 10 juta rupiah untuk mendapatkannya.
"Aku harus taruh di mana ya?", tanyaku dalam hati.
"Cepat atau lambat istriku pasti tahu", bisik hatiku.
Karena takut diomelin istri kubawa dia ke rumah temanku. Maksudku kutitipkan dulu saja sebentar di rumahnya. Nanti kalau sudah aman aku ngasih tahu kepada istriku.
"Kamu si ngikutin nafsu saja", kata temanku setelah aku mengutarakan maksudku.
"Tolong akulah", pintaku sambil memohon.