"Kenapa mas diam saja?", tanyaku kepada suamiku.
"Dia orang pintar. Kita tidak boleh sembarangan!", jawab suamiku ketika aku mendesaknya untuk mengambil tindakan atas sikap dan perilaku si kakek.
Aku semakin jengkel jadinya. Tidak hanya kepada si kakek tapi juga pada suamiku yang menurut saja apa yang dikatakan si kakek. Sebenernya ini hanya pemicu kemarahanku saja.Â
Kami sudah hidup bersama lebih dari empat bulan tapi suamiku tidak beranjak dari dirinya sendiri. Hidup kami masih harus disokong oleh mertua. Semua kebutuhan kami dipenuhi oleh mertua menjadikan suamiku sangat tergantung terutama kepada ibu mertuaku.
Aku yang terbiasa hidup mandiri menjadi berontak dengan situasi seperti ini. Apalagi setelah menjanda aku terbiasa mencari penghasilan sendiri dan tidak pernah menggantungkan diri kepada orang lain apalagi kepada orang tua.Â
Kepada para lelaki yang memaksa ingin memberikan sesuatu kepadaku apalagi ada buntutnya di belakang pasti aku tolak dengan tegas.
Mendapati suamiku yang bergantung sepenuhnya kepada orangtuanya tanpa mau bekerja membuatku berpikir ulang tentang rumah tangga kami. Apalagi melihat sikap suamiku yang pura-pura tidak tahu kelakuan si kakek di rumahku semakin membuatku tidak betah di rumah. Begitu ada kesempatan keluar rumah maka aku kabur !
Apakah aku harus menjadi janda untuk yang kedua kalinya ?
Jkt, 100820
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H