Traveler Peduli Lingkungan itu , bernama Trefi.
Traveler  cantik itu bernama Trefi, ibu muda terpelajar kreatif dan dinamis. Keluarganya penggemar wisata, sekaligus pencinta alam.  Kalaupun berwisata, selalu memilih wisata dalam negeri saja. Karena  kesadaran moralnya tentang tanah air. Kehadiran wisatawan akan menambah pendapatan daerah /negara.
Karenanya Trefi selalu mengunggah foto-foto indah dari tempat berwisata tanah air. Â Ia bersama keluarganya, selalu bangga berwisata di Indonesia
Bersama suami dan 3 anaknya, akan  melakukan perjalanan mudik  sekaligus wisata , di hari ke 2 sesudah lebaran.  Rencananya  sambil singgah di resto dan tempat rekreasi. Juga akan menginap di hotel. Karena perjalanan lumayan panjang, lintas provinsi.
Sebelum berangkat, dalam perlengkapan selalu terdapat satu pak kantong sampah ramah lingkungan (terbuat dari  tapioka). Kantong-kantong cucian/laundry  yang pernah didapatnya setiap menginap di kamar hotel dikumpulkan,tersedia rapih di mobil. Tidak pernah membuang kantong tersebut, karena berguna untuk perjalanan menginap non hotel.
Kendaraan yang digunakan juga harus sehat, supaya lancar di perjalanan. Jangan sampai kondisi mesinnya  eror dan mengeluarkan asap yang tinggi pencemarannya. Kendaraan yang sehat demi menghindari  asap hitam pekat di jalan,agar tak  mencemari lingkungan.
Etika Perjalanan
Suami Trefi menyetir dengan bijak, tidak ugal-ugalan, tidak menggerung-gerungkan gas mobilnya di jalanan. Karena bisa menambah tingkat pencemaran udara. Perlu kesabaran tingkat tinggi ketika menempuh jalan tol.
Saat di jalan tol , tidak sebagai mobil yang kecepatannya di bawah 60 namun  selalu berada ada di posisi kanan terus. Karena mengganggu pengendara lain.
Karena mengendarai mobil sendiri, dalam mobil selalu sedia air matang untuk minum dan air bersih cuci tangan, lap bersih,masker kain , dan sabun cair. Beberapa thumbler air minum tersusun rapih juga di sebuah kotak. Kotak-kotak tupperware makanan kosong juga dibawanya. Untuk membeli makanan di jalan jika makanan habis.
Di perjalanan, mereka  menikmati buah jeruk. Sampah kulit jeruknya dikumpulkan dalam kantong sampah ramah lingkungan, yang akan hancur dengan sendirinya. Sampahnya tidak dilempar ke jalan, tapi sementara  disimpan di mobil. Demikian juga dengan sampah bungkus kue dan cemilan. Dikumpulkan di kantong terpisah, yang organik dan yang anorganik. Nanti dibuang di tempat sampah besar di Rest Area.
Etika di Rest Area, Resto /Kuliner dan WC Umum
Setelah ketemu tempat sampah besar , mereka membuang sedikit sampah dari mobil. Mampir dulu di WC umum. Trefi dan anak perempuan antri dengan tertib, setelah menggunakan WC selalu di siram kembali hingga bersih. Menggunakan tisyu seperlunya saja, lalu membuang tisyu  di tempat sampah , tidak berceceran di lantai.
Keduanya menyuci tangan di wastafel dengan sabun cair , menggunakan sapu tangan kain / lap yang dibawa sendiri untuk mengeringkannya. Mengurangi sampah tisyu. Â Begitu pula tertib dan bersihnya suami dan anak lelaki.
Sampai di tempat  makan, menikmati makan siang di resto  yang kebetulan menyajikan makanan di kotak kertas sekali pakai dan minum gelas kertas juga. Kecuali untuk nasi dan lauk pauknya menggunakan sejenis piring mika.
Mereka semua selalu menghabiskan makanan yang dipesan sampai bersih piringnya, tak bersisa. Sebelumnya memang memesan makanan dan minuman tidak berlebih-lebihan. Kecuali si bungsu yang agak rewel dan masih balita, sisa minuman jusnya di pindahkan ke thumbler kosong, nanti minumnya dilanjut di perjalanan. Maka tak ada  sampah makanan di atas meja resto.
Karena pernah berlibur dan makan di resto  di Singapura, mereka terapkan kebiasan resto yang pernah mereka kunjungi di Singapura. Yakni merapihkan meja sebelum meninggalkan resto. Menyusun tumpukan piring sendok di satu tumpukan. Tumpukan lainnya piring dan gelas karton/kertas serta sedotan plastik sekali pakai. Mudah menumpuknya karena tak ada sisa makanan alias bersih.
Tertib, Trefi bersama keluarganya meninggalkan resto. Petugas pelayan resto menjadi lebih ringan tugasnya. Petugas cuci piring  bisa lebih cepat bekerja. Petugas sampah dan kebersihan restoran juga sangat terbantu.
Lingkungan hidup semakin terawat dan terjaga dengan berkurangnya sampah yang harus dikelola. Karena sampah sisa makanan meski dapat dikelola menjadi sampah organik, lebih banyak merugikannya.
Etika di Taman Rekreasi
Lewat tengah hari, mereka sampai di sebuah Taman Rekreasi. Lalu dengan tertib mereka antri menumpang wudhu dan shalat di Mushalla. Untuk menjaga kesehatan dan kebersihan (tetap tertib menghindari pandemi) membawa sajadah dan mukena sendiri.
Untuk masuk ke gerbang  taman, harus antri dulu membeli tiket. Pengunjungnya sangat banyak, jadi harus menerapkan latihan kesabaran selama shaum.Â
Ada beberapa pengunjung yang culas, menyerobot antrian seenaknya. Sambil merokok pula, dan asap rokoknya dihembus-hembuskan sembarangan, sangat mengganggu antrian. Sebaiknya jangan merokok di kerumunan.
Ada juga ibu-ibu yang antri membawa anak kecil, sambil makan snack, lalu membuang bungkus makanan sembarangan. Sementara di belakang sana, ada  seorang pemuda antri sambil terbatuk-batuk tanpa tutup mulut, lalu meludah sembarangan.
Akhirnya Trefi memutuskan untuk tidak jadi mendatangi taman rekreasi tersebut. Mundur dari antrian , mereka kembali ke mobil. Miris menyaksikan pengunjung yang membludak dan tidak tertib, menginjak-injak rumput. Ada yang membentang tikar di dekat tanaman hias, sampai merusak tanaman. Lalu pulang dengan meninggalkan sampah berserakan.
Sementara dari balik pagar, tampak sungai yang seharusnya bening mengalir, sudah tercemar oleh sampah gelas plastik dan bungkus tetra minuman dan sisa makanan lain. Seorang ibu tampak menunggui anaknya pipis dan buang hajat  di sungai tersebut, dengan ekspresi wajah tanpa dosa.Â
Etika di Hotel
Akhirnya sampailah mereka di hotel sebelum esoknya melanjutkan perjalanan mudik ke rumah orang tua. Hotel yang dipesan lewat aplikasi online lama sebelum mudik. Sehingga mendapatkan hotel dengan diskon dan biaya  lebih terjangkau. Mendapat kamar sesuai dengan keinginan.
Saat akan mendatangi resepsionis semua berjalan cepat karena  memesan hotelnya lewat aplikasi online. Ada beberapa pengunjung yang datang dengan wajah kusut, akrena kelimpungan mencari hotel, semua penuh.
Sangat menyita  tenaga dan waktu. Bayangkan, berapa banyak pencemaran udara yang dihasilkan mobil mereka yang berputar-putar mengubek seluruh kota demi mendapat kamar hotel yang kosong. Ini kota wisata, musim libur selalu penuh.
Trefi bersyukur, karena bersama suaminya telah merencanakan dan memperhitungkan dengan matang segala sesuatunya sebelum mudik sambil berlibur.
Sampai di hotel, mereka langsung beristirahat. Karena hari masih terang, Trefi dan suaminya mematikan lampu. Hemat listrik sama dengan hemat enerji, meskipun sudah membayar sewa hotel. Tujuannya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Listrik dihasilkan lewat proses yang tidak sederhana. Â Gorden kamar hotel dibuka lebar, agar cahaya benderang masuk. Dari jendela tampak kolam renang di bawahnya.
Karena anak-anak tak ingin menonton televisi, Â mereka segera mematikan pesawat tivi yang otomatis menyala saat masuk kamar hotel.
Mereka  ke kolam renang, dan membawa peralatan mandi. Supaya dari kolam renang kondisi sudah rapih bersih. Memang , ada juga tamu hotel yang berbasah-basah menggunakan pakaian renang , hanya berbalut kimono handuk, naik lift ke kamar. Lumayan bikin becek dan mengganggu ya.
Malamnya mereka menikmati kuliner  keluar hotel, di tenda kaki lima. Banyak jajanan tradisional khas daerah yang lezat dan unik. Ini  salah satu cara  untuk  membantu perekonomian UMKM kuliner dan pedagang kecil di kawasan wisata.  Lagi-lagi, sampai piring gelas bersih, tak bersisa. Tidak ada makanan mubazir. Saat memesan makanan, tidak berlebihan. Malamnya tidur dengan nyenyak.
Esok paginya mereka semua mandi. Saat mandi di hotel tidak boros air dan sabun. Menggunakan air  seperlunya saja. Kebiasaan yang mereka lakukan di rumah sendiri , tidak jor-joran menggunakan air bersih.
Lanjut, mereka  sekeluarga menikmati sarapan hotel. Lagi-lagi, tidak mengambil makanan berlebih, semua harus habis tak bersisa. Merapihkan kembali meja dengan cara menyusun tumpukan piring bekas makan. Meringankan petugas.
Etika Mudik ke Desa Wisata
Dalam perjalanan yang tidak terlalu lama mereka menyaksikan pemandangan yang cantik. Sawah-sawah terbentang, kebun-kebun yang rindang. Sampai juga di kampung halaman tempat orang tua tinggal. Sebuah pedesaan yang asri dan bersih. Kebetulan juga desa wisata.Â
Sungai-sungai yang jernih terjaga, warga yang santun. Dapur tempat memasak dengan bahan bakar arang. Makanan pedesaan yang sedap. Banyak wisatawan yang mendatangi kampung halamannya tersebut.
Sayangnya , desa indah tersebut  juga didatangi wisatawan setempat yang kurang santun. Berpiknik dan meninggalkan sampah berserakan di sungai dan tanah. Merusak tanaman, dan menangkapi ikan di sungai dengan cara yang membahayakan lingkungan.
Mereka mendirikan tenda, lalu mengambili kayu hutan dengan cara menebang, Â dan membuat api unggun, tanpa membersihkannya kembali setelah meninggalkan lokasi. Menurut warga setempat, pernah beberapa kali hampir terjadi kebakaran , karena wisatawan yang datang lupa memadamkan api unggun. Mereka membuang rokok sembarangan.
Pernah juga ikan-ikan di telaga kecil mati karena ada rombongan yang menumpang mandi dengan sabun dan shampo.Â
Trefi mengajarkan etika berwisata kepada anak-anaknya. Di kebun milik orang tua Trefi, mereka mendirikan tenda. Untuk api unggun, gunakan ranting-ranting kering  dari hutan, yang sudah berguguran ke tanah.  Tak jauh dari rumah orang tuanya. Tidak dengan  cara menebangi pohon. Api harus segera dipadamkan sebelum meninggalkannya.
Sampah organik yang mereka bawa di mobil, dikumpulkan dalam sebuah galian lubang sampah khusus daun kering di belakang rumah, nantinya menjadi kompos. Menjadi wisatawan yang menjaga kebersihan, sebetulnya harus dimulai dari rumah sendiri dulu.Â
Bersama anak-anak dan suaminya, mereka datangi telaga kecil, membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan wisatawan. Mengajarkan anak-anaknya untuk peduli lingkungan. Ikan-ikan liar yang berenang harus sehat, mereka memakan jentik nyamuk dan lumut.Â
Trefi, Traveler Beretika Luhur Peduli Lingkungan
Sosok Trefi, saya tulis, hanya  untuk  berandai-andai, mungkin terlalu utopia. Sosok  tersebut sebagai illustrasi tentang sosok wisatawan idola yang peduli lingkungan ,dan akan memberikan dampak positif untuk lingkungan berkelanjutan di semua area wisata tanah air.
 Wisatawan idola, memiliki etika luhur dalam interaksinya dengan lingkungannya, baik dengan alam, sesama manusia ,infrastruktur dan fasilitas umum.
Tanggung jawabnya sebagai seorang traveler ia tanamkan juga dalam keluarganya.. Alangkah nyaman dan indahnya  area wisata seantero negeri, jika semua wisatawan memiliki tanggung jawab moral kala berwisata.  Menjaga kebersihan, santun, tertib, beretika, dan tidak merusak.
Semoga sebagai wisatawan ramah lingkungan  yang menyayangi negeri dan bangsa serta lingkungannya , sebagai area wisata  yang berkelanjutan, bisa belajar menjadi  wisatawan seperti sosok Trefi.
#Di Indonesia Aja, #Bangga Berwisata di Indonesia,#Samber THR dan #Samber 2023 Hari 17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H