Trefi mengajarkan etika berwisata kepada anak-anaknya. Di kebun milik orang tua Trefi, mereka mendirikan tenda. Untuk api unggun, gunakan ranting-ranting kering  dari hutan, yang sudah berguguran ke tanah.  Tak jauh dari rumah orang tuanya. Tidak dengan  cara menebangi pohon. Api harus segera dipadamkan sebelum meninggalkannya.
Sampah organik yang mereka bawa di mobil, dikumpulkan dalam sebuah galian lubang sampah khusus daun kering di belakang rumah, nantinya menjadi kompos. Menjadi wisatawan yang menjaga kebersihan, sebetulnya harus dimulai dari rumah sendiri dulu.Â
Bersama anak-anak dan suaminya, mereka datangi telaga kecil, membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan wisatawan. Mengajarkan anak-anaknya untuk peduli lingkungan. Ikan-ikan liar yang berenang harus sehat, mereka memakan jentik nyamuk dan lumut.Â
Trefi, Traveler Beretika Luhur Peduli Lingkungan
Sosok Trefi, saya tulis, hanya  untuk  berandai-andai, mungkin terlalu utopia. Sosok  tersebut sebagai illustrasi tentang sosok wisatawan idola yang peduli lingkungan ,dan akan memberikan dampak positif untuk lingkungan berkelanjutan di semua area wisata tanah air.
 Wisatawan idola, memiliki etika luhur dalam interaksinya dengan lingkungannya, baik dengan alam, sesama manusia ,infrastruktur dan fasilitas umum.
Tanggung jawabnya sebagai seorang traveler ia tanamkan juga dalam keluarganya.. Alangkah nyaman dan indahnya  area wisata seantero negeri, jika semua wisatawan memiliki tanggung jawab moral kala berwisata.  Menjaga kebersihan, santun, tertib, beretika, dan tidak merusak.
Semoga sebagai wisatawan ramah lingkungan  yang menyayangi negeri dan bangsa serta lingkungannya , sebagai area wisata  yang berkelanjutan, bisa belajar menjadi  wisatawan seperti sosok Trefi.
#Di Indonesia Aja, #Bangga Berwisata di Indonesia,#Samber THR dan #Samber 2023 Hari 17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H