Selamat Tinggal Rumah Julang Ngapak, Rumah PertamaÂ
Di tahun ke 14 , dengan berat hati kami harus pindah rumah.  Rumah ke dua , tanpa atap Julang Ngapak.  Sedih meninggalkan rumah pertama. Meski rumah lama terlalu sempit untuk 2 anak yang beranjak  remaja. Tetap sedih meninggalkannya.Â
Selain itu, sawah-sawahnya sudah berubah menjadi perumahan padat yang kurang beraturan, tidak tertata. Membutuhkan waktu lama untuk menuju jalan raya. Para tamu sering kesulitan berkunjung ke rumah  kami karena jalan hanya bisa dilewati satu mobil, jadi kalau ada mobil lain harus mundur dulu. Tamu yang mengendarai mobil tidak bisa pakir depan rumah.
Rumah pertama kami adalah rumah kesayangan, penuh kenangan, sarat sejarah dan perjuangan. Di bawah atap julang ngapak ini, kami mengukir nilai-nilai kehidupan norma-norma , tata krama di dalam jiwa kami. Pada jiwa dan hati anak-anak kami. Raihlah sesuatu itu dengan niat yang jernih suci.Â
 Saat anak sudah bertumbuh remaja, kami harus pindah ke rumah yang baru. Kenangan  rumah beratap julang ngapak itu takkan pernah terlupakan.Â
Di rumah tersebut karya-karya  pak suami dibuat. Mulai dari puluhan desain arsitektur , proporsal, buku, karya tulis, modul pengajaran, pemikiran-pemikiran......  yang semoga selalu mengairkan manfaat  sebesar-besarnya untuk lingkungan, untukk kehidupan, dan memperkaya peradaban.Â
Di rumah tersebut  anak-anak tumbuh menyatu dengan alam, persawahan, lingkungan, keceriaan masa kecil mereka.Â
Di rumah kesayangan ber atap Julang Ngapak itu , saya pernah  banyak menulis untuk media cetak. Dan memenangkan puluhan lomba, mulai dari lomba menulis, lomba resep masakan, lomba membuat craft , dan  banyak kenangan manis lainnya.Â
CATATAN TENTANG ATAP JULANG NGAPAK
Julang ngapak, pada atap rumah adat masyarakat Sunda. Ternyata sarat dengan filosofi yang mendalam. Julang ngapak itu seperti burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Bagi kami, rumah pertama kali, adalah  tempat dimana kami mulai mengepakkan sayap.
Atapnya  melebar di sisi, dan melancip ke atas. Pada bubungannya ada cagak seperti gunting. Istilah dalam bahasa Sundanya Capit Hurang. Antisipasi pencegahan  rembesan hujan dalam pertemuan atap. Rumah adat Julang Ngapak ini bisa ditemukan di Kampung Naga, yang penuh kearifan lokal.