Anak-anak SD diperkenalkan tentang  urban farming, menanam sayuran di pekarangan rumah dan sekolah.  Dengan berkebun dan menyantap hasil kebunnya sendiri, diharapkan juga anak yang tidak suka sayur, menjadi gemar makan sayur.
Sambil menyantap sarapan, guru bisa menceritakan  betapa hebatnya khasiat sayur dan buah. Guru bisa menceritakan  tentang manfaat protein untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Atau  tentang  enerji dari hasil pembakaran karbohidrat di tubuh manusia.
Jika dulu kita mengenal Empat Sehat Lima Sempurna, yang hanya mengenalkan  jenis makanan dari sisi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah saja. Kini istilah tersebut sudah tidak digunakan lagi. Ibu Dr Niken, dari WFP (World Food Programme) menyebutkan Piring Makanku, Gizi Seimbang.
Maksudnya, komposisi makan sayur dan buah , makanan pokok dan  lauk pauk berprotein digambarkan seperti diagram lingkaran. (Perhatikan gambar)
Saya akan sampaikan dalam tulisan berbeda, tentang menu-menu istimewa yang  rasanya juga sangat lezat. Intinya, santapan untuk mendukung ProGAS ini dibuat tanpa MSG ataupun kaldu buatan pabrik. Kaldunya harus asli dan  protein (daging atau ikan) segar.
Peserta mulai memahami, bahwa semua jenis sayur harus dimasukkan terakhir dalam masakan, agar vitamin dan mineralnya tetap terjaga. Yang penting mendidih sebentar, lalu padamkan api.
Santan dalam pengolahan masakan untuk anak sekolah termasuk yang dihindari, karena mudah basi. Juga pemberian susu tidak melalui sekolah, dikuatirkan jika kurang bersih dan cara mengolah salah, mudah basi dan kuatir adanya keracunan siswa.
Selain itu kebersihan dan hygienisnya  tempat  penyajiannya harus sangat diperhatikan. Termasuk tangan siswa harus dicuci bersih dengan sabun, sebelum dan sesudah makan.
Wanita dan ibu rumah tangga, motivator anak di rumah