Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monika Raharti, Semangat untuk Indonesia yang Lebih Baik

27 April 2017   15:05 Diperbarui: 28 April 2017   18:01 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kartini di sekitarku

Mengantar Prestasi Anak Bangsa

Untuk Indonesia yang Lebih Baik,  bagi Monika Raharti (Nike) ,  salah satunya adalah Gerakan Indonesia Meneliti. Memulainya pada generasi muda, sebagai tunas masa depan Indonesia. Tak heran pada  tahun ini para pelajar Indonesia yang dibinanya melalui Center for Young Scientists (www.cys.or.id). berhasil membawa pulang beberapa kemenangan dan, antara lain meraih  2 emas, 2 perak, 3 perunggu dan poster award.

 (video metrotv 1) dan (video metrotv2)  

Adalah Nike , nama panggilan akrab Monika Raharti, sebagai direktur CYS berperan besar dalam membina dan mendampingi mereka.

Setidaknya dalam 4 bulan mereka diundang juga dalam 3 kali training  yang setiap training bisa berjalan selama 3 hari.

Patut berbanggalah Indonesia ,  siswa-siswi kita (meski  dengan keterbatasan fasilitas lab penelitian) bisa mengantongi berbagai medali lewat  prestasi penelitian mereka. Menjadikan nama siswa Indonesia sejajar dengan Belanda dan Jerman.

Bukan perolehan yang diraih begitu saja tanpa lika liku perjuangan.  Banyak pihak yang sangat mendukung keberhasilan ini , demikian Monika menuturkan , di satu kesempatan tea time senjakala (Rabu , 26 April, Mom’s Bakery, Bandung)  saat kami jumpa.

Nike, nama panggilan akrab Monika Raharti, menyebutkan selain motivasi tinggi para siswa itu sendiri, orang tua mereka, guru pembina dan sekolah, Center for Innovation Learning, Bandung Fe Institute , beberapa perguruan tinggi .

Selama berjalan 13 tahun dan setiap tahun selalu ada prestasi internasional membanggakan  dari peneliti belia Indonesia yang dibina dan didampinginya.  Dengan dukungan banyak pihak. Sekali lagi  Center for Innovation Learning, Bandung Fe Institute , antara lain ITB, UI, Unpad, Unpar, UGM, Undip, ITS, Unair termasuk Surya Institute yang sudah menjadi Surya University  dan lain-lain  dengan kontribusi signifikan.

Namun karena saya ingin membidik tema “KARTINI  DI SEKITAR KITA”  maka saya fokus  tentang inspirasi semangat yang dibangun oleh Nike.

Awal Membangun Gerakan Peneliti  Belia

Sejarah di balik keberhasilan ilmuwan belia tersebut  ada kegigihan seorang Nike, panggilan akrab Monika Raharti. Ibu dari 3 anak (yang sudah dewasa dan remaja) ini berpengalaman  banyak sebagai  pendidik . Pernah menjadi pengajar Fisika tingkat SMA (Taruna Bakti Bandung) , sebagai dosen di jurusan Fisika Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Telkom, ITENAS,  serta  di Surya University dan lainnya.

Alumni Jurusan Fisika FMIPA ITB ini terpanggil jiwanya saat ia turut berkiprah membantu Yohanes Surya (bersama Surya Institute) dalam menggodok  ilmuwan muda lewat kancah  kompetisi (ICYS 2005).

Lembaga tersebut  mengadakan berbagai lomba secara sporadis dulu di tingkat nasional. Lewat  lomba tersebut  terjaringlah  para peneliti muda berpotensi. Saat itu ditemukan 4 siswa yang berpotensi  untuk dikirim ke kompetisi ilmuwan taraf internasional di Polandia, yakni  “First Step to Nobel Price”.Di saat itulah Nike banyak menimba pengalaman serta berperan penting dalam proses pembinaan dan pendampingan.

Tahun 2005 , kala pertama  kompetisi ini diikuti , salah satu siswa asal Papua (SMAN 1 Serui) meraih sudah berhasil mengantongi medali Perunggu.

Pada saat itulah Nike menyaksikan bahwa bukan hanya kompetisi ilmuwan muda bidang Fisika saja yang dilombakan, tapi berbagai bidang lainnya. Yang terbanyak diminati adalah  sains bidang hayati yang menjurus ke arah kedokteran , dan  tentang lingkungan hidup.

 Sambil mengamati dan mempelajari, ia menyadari,  sebenarnya anak muda Indonesia jika difasilitasi dan dibina bisa menyamai para jawara dunia tersebut.

Gagasanpun tumbuh menjadi action. Maka kegiatan menjaring peneliti belia, menyeleksi , membina dan mendampingi mereka berlanjut dari tahun ke tahun dan selalu membuahkan prestasi.

Setelah sekitar 2 sampai 3 tahun berjalan,  lajang pencarian bakat peneliti  belia yang digerakkan Nike dengan ‘armada’nya  sampai  ke berbagai pelosok daerah. Melibatkan dinas pendidikan  kota/kabupaten dan provinsi.

Tentunya sistem penjaringan dan seleksi yang  sangat ‘dikawal’. Semua  kriteria , seluruh standarnya, sama persis dengan yang dilombakan di taraf internasional. Pendampingan para juri menjadi hal signifikan. Jadilah Nike memantau , mengaping serta mengarahkan seluruh proses  seleksi yang berjalan dengan turun langsung ke lapangan. Meski harus menempuh jarak dari  satu daerah ke daerah lainnya, ia tekuni dengan semangat.

“Banyak guru-guru di daerah membutuhkan pendampingan ....,” ungkapnya.

Proses seleksi (dibantu oleh para dosen dari perguruan tinggi) mulai dari mengumpulkan abstrak  terus dipantau.  Ia sendiri  menjaga jangan sampai  kungkungan benturan pada persyaratan frame  dan aturan kaku format tulisan membuat  ide dan pemikiran bagus gugur sebelum waktunya. Karenanya juri  jangan sampai  membawa metode lama. Kalau dibentturkan masalah frame dan format membuat peserta jadi tidak fun. Penelitian itu harus fun , bebas dari kungkungan .

Intinya kita ingin membuat dunia penelitian ini sesuatu yang fun, bukan membosankan. Jangan sampai terperangkap di masalah frame seperti garis atas kiri kanan harus sekian,  urutan ketikan yang kaku, dipermasalahkan. Pertama yang penting abstarctnya dulu.

Pembuatan poster dengan kaidah seperti apa tujuan penelitian, bagaimana cara penelitian dan sebagainya,  sangat berperan. Apalagi jika posternya dipajang. Mereka anak muda sangat suka eksis. Dari memamerkan poster penelitian juga bisa membuka karyanya di ruang publik. Sehingga bisa ada kritik dan masukan, juga bisa  sebagai penyemangat eksistensi seorang remaja.

Siklus Proses Seleksi Menggodok dan Melatih

Tak hentinya Nike bergerak ke seantero negeri , memberi semangat, melakukan perjalanan sambil berbagi ilmu, sikap dan berbagi pola pikir ke dunia pendidikan. Seraya mengawal proses seleksi  calon ilmuwan belia .

Penelitian ini adalah ide dari siswa siswi itu sendiri. Yang kemudian diteliti dari saat seleksi yang paling  awal. Seperti seleksi di sekolahnya. Kala  itulah siswa tersebut mulai terlatih tampil , membuat abstrak hingga proses penelitian di lab dan menuangkannnya dalam makalah , poster, presentasi dan seterusnya.

Jika lolos mereka digodok lagi dalam proses seleksi yang serupa di tingkat yang lebih luas, seperti antar sekolah. Kemudian di tingkat kota dan kabupaten. Sampai tingkat provinsi hingga akhirnya tingkat nasional. Maka ditemukanlah bibit-bibit unggul yang sudah terlatih  dalam penelitian , menuangkan hasil penelitian dalam berbagai materi, hingga tampil dalam presentasi. Proses seleksi berlapis ini menjadi  ajang latihan penting.

Sebenarnya ikut serta kompetisi ini hanyalah ‘gula-gula’ pemanis  dalam dunia pendidikan. Namun hasil terbesar yang diharapkan adalah mentalitas yang terbentuk dari proses meneliti itu sendiri .

Jadi dari tahun ke tahun siklusnya adalah proses seleksi yang tak berhenti. Sampai akhirnya Nike mendampingi keberangkatan mereka.

Tentu saja dalam ajang kompetisi  ilmuwan belia tersebut Nike harus selalu hadir. Bukan saja karena sebagai direktur Center for Young Scientists Indonesia, tapi juga  sebagai salah seorang personal dalam organisasi  International Steering Committe ( ICYS).Dari Asia hanya Nike alias Monika Raharti yang duduk di sana.

Nike bisa terpilih sejak tahun 2009  dimana prestasi ilmuwan belia  Indonesia yang dibinanya sangat gemilang di kancah dunia.  

Keunggulan Jiwa Peneliti dalam Pendidikan Karakter

Menurut Nike, keuntungan besar dari pola pikir, sikap, perilaku anak muda yang terbiasa dalam proses penelitian  adalah pembentukan karakter.

Indonesia masih ketinggalan banyak dari negara-negara maju yang sudah memiliki sikap dan perilaku  yang bisa tumbuh dari pola pikir dan jiwa peneliti yang terkandung dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Menurutnya, penelitian itu ada dalam kurikulum namun tidak dipraktekkan dalam proses belajar mengajar yang nyata di sekolah. Kerap banyak anak muda berbakat tidak terwadahi.  Padahal mereka memiliki potensi dan benih sumbangsih  karya  bagi dunia.

Namun dari sisi  pendidikan karakter, para peneliti muda dilatih untuk banyak  hal.

Mereka terlatih untuk  selalu ingin tahu, bertanya dan mencari jawabannya secara ilmiah dan faktual . Tumbuh pola pikir  yang kritikal. Tidak terbiasa mengemukakan sesuatu tanpa dibarengi fakta-fakta kebenaran yang mesti diteliti sebab akibat dan kesimpulannya. Penuh pertanggung jawaban.

Pola pikir peneliti selalu berbasis pertanyaan, bertanya, apa, mengapa, bagaimana , dan seterusnya. Juga pola pikir terbuka. Why, why,why , itu yang selalu menyertainya dalam berbagai aspek.

Selain itu peneliti belia menjadi sangat objektif bahkan terbuka terhadap kebenaran yang dikemukakan  orang lain. Seorang peneliti harus mempresentasikan  karya dan pemikirannya, lalu menerima masukan-masukan secara fair dan objektif.

Pola pikir peneliti sejati, seperti seorang saintis,  tidak bisa manipulatif. Karena ia akan berpatokan pada hitungan faktual  dan keletelitian. Diharapkan sikap tidak manipulatif ini menjadi kekuatan  untuk membangun karakter baik, salah satunya kejujuran.

Itu sebabnya Nike  sangat bersemangat dalam menularkan Gerakan Indonesia Meneliti. Dalam status foto WA nya ia menuliskan, For Better Indonesia. Apalagi menyaksikan  kemajuan dan objektifitas

Pendidikan yang tidak Memihak Proses

Menurut Nike gerakan ini juga dapat menampung semangat anak  yang berminat besar dalam dunia penelitian. Serta menjadikan sikap dan hobi ini sebuah trend yang digemari anak muda.

Sejatinya di kampus-kampus dan sekolah, event eksistensi siswa tidak lagi hanya bermusik misalnya. Kenapa tidak bikin event yang  bermuatan  keilmuan, pameran poster karya ilmiah. Anak muda mulai eksis dan fun dalam  menemukan karya ilmiah , kenapa tidak?

Kendala terberat  adalah guru pendamping penelitian. Menurutnya, ternyata banyak guru yang sudah diajak terjun,  dalam membina dan membimbing di dunia penelitian pelajar ,baru   mulai  terbuka wawasannya.

Bahkan baru paham tentang  dunia penelitian para pelajar yang sesungguhnya.

Pendidikan di Indonesia mungkin  terlalu  berpatokan  pada hasil, padahal pendidikan itu  adalah prosesnya. Bukan hasil akhir yang  tidak mencerminkan  fakta utuh kompetensi seseorang.

Proses Pendidikan dan Pentingnya Guru

Pengalaman mengajar.  Pada hari pertama kelasnya Nike selalu menyodorkan Big Picture. Pada hari pertama harus dijelaskan materi apa yang akan disampaikan secara total. Dan apa maksud tujuan yang akan disampaikan, hubungan dan kelanjutan materi tahap demi tahap. Mungkin itu yang sering terabaikan dari seorang pengajar.

Dalam  dunia mengajar, ia selalu  memihak  pada sikap mendidik.  Selalu ada yang disampaikan dalam membentuk karakter. Selalu juga ada unsur motivasi serta pandangan-pandangan agar seorang siswa  dan mahasiswa  mampu berpikir kritikal. Mengenai Big Picture, itu sebabnya di luar negeri  pada hari pertama kelas  kebanyakan  seorang mahasiswa paling takut absen.

Keberadaan guru amat sangat penting. Menurutnya guru pendamping  harus mendampingi penuh siswa-siswi yang akan dikirim dalam kancah kompetisi internasional. Gurupun yang menemukan benih-benih berpotensi, dan melakukan seleksi awal di lapangan. Karena mereka yang paling tahu kemampuan siswanya. Namun cara memilihnya sendiri  harus ada kemampuan.

Pasukan yang kuat adalah para guru. Untuk itu  Nike juga membarengi semangat yang terus mengalir dengan membina eksistensi guru pembimbing penelitian.

Untuk itulah baru-baru ini ia mulai membangun gerakan dengan membentuk ASOSIASI GURU PEMBIMBING PENELITIAN INDONESIA (AGPPI) yang berpusat di Yogyakarta .

Banyak guru yang memang sejak awal secara natura sudah piawai dalam membimbing muridnya dalam penelitian. Mereka mampu menyeleksi alias memilih siswa yang benar, siswa dengan ide penelitian ,  untuk kemudian dibina . Mereka juga mampu membina dengan baik. Untuk itulah diformulasikan cara untuk  memberikan mereka sertifikasi dan reward. Mereka bisa menjadi pelatih dan mendapat pelatihan, dan banyak hal positif sehingga  menjadi  salah satu barisan dari armada  Gerakan Indonesia Meneliti bagi para belia Indonesia.

Guru Pembimbing Peneliti dibagi dalam 3 kategori dalam sertifikasi AGPPI:

Guru Pembimbing Peneliti Pemula

Guru Pembimbing Peneliti Madya

Guru Pembimbing Peneliti Ahli

Untuk sertifikasi Guru Pembimbing Peneliti pemula dipermudah. Ikut pelatihan dulu, dari  dosen dari perguruan tinggi membantu di sini. Lalu memiliki pengalaman membimbing anak satu dua kali.

Mendapatkan sertifikasi  Guru Pembimbing Peneliti Madya  lebih berat . Selain  ikut pelatihan, harus juga  siswa yang dibimbingnya berprestasi di tingkat tertentu.

Untuk  Guru Pembimbing Peneliti Ahli lebih berat lagi syaratnya. Selain ikut pelatihan klasifikasi  ini,  siswa yang dibimbingnya  meraih  prestasi di tingkat  yang lebih tinggi (nasional dan internasional).

Bagi yang memiliki  peringkat sertifikasi ahli banyak keuntungan.   Selain reward berupa pengalaman , pelatihan ada reward  lain sebagai motivasi , yakni bisa menjadi trainer  atau asisten  pengajar dengan imbalan honor pada pelaksanaan pelatihan guru.  

Bahkan Nike juga menggagas banyak kegiatan yang bisa  menyuburkan gerakan ini , seperti pelatihan dan simposium bagi para guru, Gladi bagi para guru dan siswa.

Kesibukan Mengalir Penuh Harapan

Semua yang dilakukan Nike , panggilan akrab dari Monika Raharti ini mengalir bersama jiwa kependidikannya.  Seperti cita-cita RA Kartini, seorang perempuan bisa menjadi tiang bangsa. Juga penopang pendidikan.

Waktu berjalan. Monika  masih terus  men-supervisi  proses seleksi dan pembinaan calon ilmuwan masa depan. Dan berharap  generasi yang gemilang. Selain itu  juga masih giat ikut berbagai konferensi  Fisika internasional , khususnya Fisika pendidikan. Kegiatan itu juga yang mengundang simpati serta dukungan dari  luar negeri karena kepeduliannya dalam  membina para guru dan keaktifannya di konferensi internasional Fisika. Semua tetap berjalan bersama perannya sebagai seorang ibu dari 3 anak dan istri dari seorang PNS .

Untuk Indonesia Yang Lebih Baik.

Selamat Hari Kartini, April 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun