Kartini di sekitarku
Mengantar Prestasi Anak Bangsa
Untuk Indonesia yang Lebih Baik, bagi Monika Raharti (Nike) , salah satunya adalah Gerakan Indonesia Meneliti. Memulainya pada generasi muda, sebagai tunas masa depan Indonesia. Tak heran pada tahun ini para pelajar Indonesia yang dibinanya melalui Center for Young Scientists (www.cys.or.id). berhasil membawa pulang beberapa kemenangan dan, antara lain meraih 2 emas, 2 perak, 3 perunggu dan poster award.
(video metrotv 1) dan (video metrotv2)
Adalah Nike , nama panggilan akrab Monika Raharti, sebagai direktur CYS berperan besar dalam membina dan mendampingi mereka.
Setidaknya dalam 4 bulan mereka diundang juga dalam 3 kali training yang setiap training bisa berjalan selama 3 hari.
Patut berbanggalah Indonesia , siswa-siswi kita (meski dengan keterbatasan fasilitas lab penelitian) bisa mengantongi berbagai medali lewat prestasi penelitian mereka. Menjadikan nama siswa Indonesia sejajar dengan Belanda dan Jerman.
Bukan perolehan yang diraih begitu saja tanpa lika liku perjuangan. Banyak pihak yang sangat mendukung keberhasilan ini , demikian Monika menuturkan , di satu kesempatan tea time senjakala (Rabu , 26 April, Mom’s Bakery, Bandung) saat kami jumpa.
Nike, nama panggilan akrab Monika Raharti, menyebutkan selain motivasi tinggi para siswa itu sendiri, orang tua mereka, guru pembina dan sekolah, Center for Innovation Learning, Bandung Fe Institute , beberapa perguruan tinggi .
Selama berjalan 13 tahun dan setiap tahun selalu ada prestasi internasional membanggakan dari peneliti belia Indonesia yang dibina dan didampinginya. Dengan dukungan banyak pihak. Sekali lagi Center for Innovation Learning, Bandung Fe Institute , antara lain ITB, UI, Unpad, Unpar, UGM, Undip, ITS, Unair termasuk Surya Institute yang sudah menjadi Surya University dan lain-lain dengan kontribusi signifikan.
Namun karena saya ingin membidik tema “KARTINI DI SEKITAR KITA” maka saya fokus tentang inspirasi semangat yang dibangun oleh Nike.
Awal Membangun Gerakan Peneliti Belia
Sejarah di balik keberhasilan ilmuwan belia tersebut ada kegigihan seorang Nike, panggilan akrab Monika Raharti. Ibu dari 3 anak (yang sudah dewasa dan remaja) ini berpengalaman banyak sebagai pendidik . Pernah menjadi pengajar Fisika tingkat SMA (Taruna Bakti Bandung) , sebagai dosen di jurusan Fisika Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Telkom, ITENAS, serta di Surya University dan lainnya.
Alumni Jurusan Fisika FMIPA ITB ini terpanggil jiwanya saat ia turut berkiprah membantu Yohanes Surya (bersama Surya Institute) dalam menggodok ilmuwan muda lewat kancah kompetisi (ICYS 2005).
Lembaga tersebut mengadakan berbagai lomba secara sporadis dulu di tingkat nasional. Lewat lomba tersebut terjaringlah para peneliti muda berpotensi. Saat itu ditemukan 4 siswa yang berpotensi untuk dikirim ke kompetisi ilmuwan taraf internasional di Polandia, yakni “First Step to Nobel Price”.Di saat itulah Nike banyak menimba pengalaman serta berperan penting dalam proses pembinaan dan pendampingan.
Tahun 2005 , kala pertama kompetisi ini diikuti , salah satu siswa asal Papua (SMAN 1 Serui) meraih sudah berhasil mengantongi medali Perunggu.
Pada saat itulah Nike menyaksikan bahwa bukan hanya kompetisi ilmuwan muda bidang Fisika saja yang dilombakan, tapi berbagai bidang lainnya. Yang terbanyak diminati adalah sains bidang hayati yang menjurus ke arah kedokteran , dan tentang lingkungan hidup.
Sambil mengamati dan mempelajari, ia menyadari, sebenarnya anak muda Indonesia jika difasilitasi dan dibina bisa menyamai para jawara dunia tersebut.
Gagasanpun tumbuh menjadi action. Maka kegiatan menjaring peneliti belia, menyeleksi , membina dan mendampingi mereka berlanjut dari tahun ke tahun dan selalu membuahkan prestasi.
Setelah sekitar 2 sampai 3 tahun berjalan, lajang pencarian bakat peneliti belia yang digerakkan Nike dengan ‘armada’nya sampai ke berbagai pelosok daerah. Melibatkan dinas pendidikan kota/kabupaten dan provinsi.
Tentunya sistem penjaringan dan seleksi yang sangat ‘dikawal’. Semua kriteria , seluruh standarnya, sama persis dengan yang dilombakan di taraf internasional. Pendampingan para juri menjadi hal signifikan. Jadilah Nike memantau , mengaping serta mengarahkan seluruh proses seleksi yang berjalan dengan turun langsung ke lapangan. Meski harus menempuh jarak dari satu daerah ke daerah lainnya, ia tekuni dengan semangat.
“Banyak guru-guru di daerah membutuhkan pendampingan ....,” ungkapnya.
Proses seleksi (dibantu oleh para dosen dari perguruan tinggi) mulai dari mengumpulkan abstrak terus dipantau. Ia sendiri menjaga jangan sampai kungkungan benturan pada persyaratan frame dan aturan kaku format tulisan membuat ide dan pemikiran bagus gugur sebelum waktunya. Karenanya juri jangan sampai membawa metode lama. Kalau dibentturkan masalah frame dan format membuat peserta jadi tidak fun. Penelitian itu harus fun , bebas dari kungkungan .
Intinya kita ingin membuat dunia penelitian ini sesuatu yang fun, bukan membosankan. Jangan sampai terperangkap di masalah frame seperti garis atas kiri kanan harus sekian, urutan ketikan yang kaku, dipermasalahkan. Pertama yang penting abstarctnya dulu.
Pembuatan poster dengan kaidah seperti apa tujuan penelitian, bagaimana cara penelitian dan sebagainya, sangat berperan. Apalagi jika posternya dipajang. Mereka anak muda sangat suka eksis. Dari memamerkan poster penelitian juga bisa membuka karyanya di ruang publik. Sehingga bisa ada kritik dan masukan, juga bisa sebagai penyemangat eksistensi seorang remaja.
Siklus Proses Seleksi Menggodok dan Melatih
Tak hentinya Nike bergerak ke seantero negeri , memberi semangat, melakukan perjalanan sambil berbagi ilmu, sikap dan berbagi pola pikir ke dunia pendidikan. Seraya mengawal proses seleksi calon ilmuwan belia .
Penelitian ini adalah ide dari siswa siswi itu sendiri. Yang kemudian diteliti dari saat seleksi yang paling awal. Seperti seleksi di sekolahnya. Kala itulah siswa tersebut mulai terlatih tampil , membuat abstrak hingga proses penelitian di lab dan menuangkannnya dalam makalah , poster, presentasi dan seterusnya.
Jika lolos mereka digodok lagi dalam proses seleksi yang serupa di tingkat yang lebih luas, seperti antar sekolah. Kemudian di tingkat kota dan kabupaten. Sampai tingkat provinsi hingga akhirnya tingkat nasional. Maka ditemukanlah bibit-bibit unggul yang sudah terlatih dalam penelitian , menuangkan hasil penelitian dalam berbagai materi, hingga tampil dalam presentasi. Proses seleksi berlapis ini menjadi ajang latihan penting.
Sebenarnya ikut serta kompetisi ini hanyalah ‘gula-gula’ pemanis dalam dunia pendidikan. Namun hasil terbesar yang diharapkan adalah mentalitas yang terbentuk dari proses meneliti itu sendiri .
Jadi dari tahun ke tahun siklusnya adalah proses seleksi yang tak berhenti. Sampai akhirnya Nike mendampingi keberangkatan mereka.
Tentu saja dalam ajang kompetisi ilmuwan belia tersebut Nike harus selalu hadir. Bukan saja karena sebagai direktur Center for Young Scientists Indonesia, tapi juga sebagai salah seorang personal dalam organisasi International Steering Committe ( ICYS).Dari Asia hanya Nike alias Monika Raharti yang duduk di sana.
Nike bisa terpilih sejak tahun 2009 dimana prestasi ilmuwan belia Indonesia yang dibinanya sangat gemilang di kancah dunia.
Keunggulan Jiwa Peneliti dalam Pendidikan Karakter
Menurut Nike, keuntungan besar dari pola pikir, sikap, perilaku anak muda yang terbiasa dalam proses penelitian adalah pembentukan karakter.
Indonesia masih ketinggalan banyak dari negara-negara maju yang sudah memiliki sikap dan perilaku yang bisa tumbuh dari pola pikir dan jiwa peneliti yang terkandung dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurutnya, penelitian itu ada dalam kurikulum namun tidak dipraktekkan dalam proses belajar mengajar yang nyata di sekolah. Kerap banyak anak muda berbakat tidak terwadahi. Padahal mereka memiliki potensi dan benih sumbangsih karya bagi dunia.
Namun dari sisi pendidikan karakter, para peneliti muda dilatih untuk banyak hal.
Mereka terlatih untuk selalu ingin tahu, bertanya dan mencari jawabannya secara ilmiah dan faktual . Tumbuh pola pikir yang kritikal. Tidak terbiasa mengemukakan sesuatu tanpa dibarengi fakta-fakta kebenaran yang mesti diteliti sebab akibat dan kesimpulannya. Penuh pertanggung jawaban.
Pola pikir peneliti selalu berbasis pertanyaan, bertanya, apa, mengapa, bagaimana , dan seterusnya. Juga pola pikir terbuka. Why, why,why , itu yang selalu menyertainya dalam berbagai aspek.
Selain itu peneliti belia menjadi sangat objektif bahkan terbuka terhadap kebenaran yang dikemukakan orang lain. Seorang peneliti harus mempresentasikan karya dan pemikirannya, lalu menerima masukan-masukan secara fair dan objektif.
Pola pikir peneliti sejati, seperti seorang saintis, tidak bisa manipulatif. Karena ia akan berpatokan pada hitungan faktual dan keletelitian. Diharapkan sikap tidak manipulatif ini menjadi kekuatan untuk membangun karakter baik, salah satunya kejujuran.
Itu sebabnya Nike sangat bersemangat dalam menularkan Gerakan Indonesia Meneliti. Dalam status foto WA nya ia menuliskan, For Better Indonesia. Apalagi menyaksikan kemajuan dan objektifitas
Pendidikan yang tidak Memihak Proses
Menurut Nike gerakan ini juga dapat menampung semangat anak yang berminat besar dalam dunia penelitian. Serta menjadikan sikap dan hobi ini sebuah trend yang digemari anak muda.
Sejatinya di kampus-kampus dan sekolah, event eksistensi siswa tidak lagi hanya bermusik misalnya. Kenapa tidak bikin event yang bermuatan keilmuan, pameran poster karya ilmiah. Anak muda mulai eksis dan fun dalam menemukan karya ilmiah , kenapa tidak?
Kendala terberat adalah guru pendamping penelitian. Menurutnya, ternyata banyak guru yang sudah diajak terjun, dalam membina dan membimbing di dunia penelitian pelajar ,baru mulai terbuka wawasannya.
Bahkan baru paham tentang dunia penelitian para pelajar yang sesungguhnya.
Pendidikan di Indonesia mungkin terlalu berpatokan pada hasil, padahal pendidikan itu adalah prosesnya. Bukan hasil akhir yang tidak mencerminkan fakta utuh kompetensi seseorang.
Proses Pendidikan dan Pentingnya Guru
Pengalaman mengajar. Pada hari pertama kelasnya Nike selalu menyodorkan Big Picture. Pada hari pertama harus dijelaskan materi apa yang akan disampaikan secara total. Dan apa maksud tujuan yang akan disampaikan, hubungan dan kelanjutan materi tahap demi tahap. Mungkin itu yang sering terabaikan dari seorang pengajar.
Dalam dunia mengajar, ia selalu memihak pada sikap mendidik. Selalu ada yang disampaikan dalam membentuk karakter. Selalu juga ada unsur motivasi serta pandangan-pandangan agar seorang siswa dan mahasiswa mampu berpikir kritikal. Mengenai Big Picture, itu sebabnya di luar negeri pada hari pertama kelas kebanyakan seorang mahasiswa paling takut absen.
Keberadaan guru amat sangat penting. Menurutnya guru pendamping harus mendampingi penuh siswa-siswi yang akan dikirim dalam kancah kompetisi internasional. Gurupun yang menemukan benih-benih berpotensi, dan melakukan seleksi awal di lapangan. Karena mereka yang paling tahu kemampuan siswanya. Namun cara memilihnya sendiri harus ada kemampuan.
Pasukan yang kuat adalah para guru. Untuk itu Nike juga membarengi semangat yang terus mengalir dengan membina eksistensi guru pembimbing penelitian.
Untuk itulah baru-baru ini ia mulai membangun gerakan dengan membentuk ASOSIASI GURU PEMBIMBING PENELITIAN INDONESIA (AGPPI) yang berpusat di Yogyakarta .
Banyak guru yang memang sejak awal secara natura sudah piawai dalam membimbing muridnya dalam penelitian. Mereka mampu menyeleksi alias memilih siswa yang benar, siswa dengan ide penelitian , untuk kemudian dibina . Mereka juga mampu membina dengan baik. Untuk itulah diformulasikan cara untuk memberikan mereka sertifikasi dan reward. Mereka bisa menjadi pelatih dan mendapat pelatihan, dan banyak hal positif sehingga menjadi salah satu barisan dari armada Gerakan Indonesia Meneliti bagi para belia Indonesia.
Guru Pembimbing Peneliti dibagi dalam 3 kategori dalam sertifikasi AGPPI:
Guru Pembimbing Peneliti Pemula
Guru Pembimbing Peneliti Madya
Guru Pembimbing Peneliti Ahli
Untuk sertifikasi Guru Pembimbing Peneliti pemula dipermudah. Ikut pelatihan dulu, dari dosen dari perguruan tinggi membantu di sini. Lalu memiliki pengalaman membimbing anak satu dua kali.
Mendapatkan sertifikasi Guru Pembimbing Peneliti Madya lebih berat . Selain ikut pelatihan, harus juga siswa yang dibimbingnya berprestasi di tingkat tertentu.
Untuk Guru Pembimbing Peneliti Ahli lebih berat lagi syaratnya. Selain ikut pelatihan klasifikasi ini, siswa yang dibimbingnya meraih prestasi di tingkat yang lebih tinggi (nasional dan internasional).
Bagi yang memiliki peringkat sertifikasi ahli banyak keuntungan. Selain reward berupa pengalaman , pelatihan ada reward lain sebagai motivasi , yakni bisa menjadi trainer atau asisten pengajar dengan imbalan honor pada pelaksanaan pelatihan guru.
Bahkan Nike juga menggagas banyak kegiatan yang bisa menyuburkan gerakan ini , seperti pelatihan dan simposium bagi para guru, Gladi bagi para guru dan siswa.
Kesibukan Mengalir Penuh Harapan
Semua yang dilakukan Nike , panggilan akrab dari Monika Raharti ini mengalir bersama jiwa kependidikannya. Seperti cita-cita RA Kartini, seorang perempuan bisa menjadi tiang bangsa. Juga penopang pendidikan.
Waktu berjalan. Monika masih terus men-supervisi proses seleksi dan pembinaan calon ilmuwan masa depan. Dan berharap generasi yang gemilang. Selain itu juga masih giat ikut berbagai konferensi Fisika internasional , khususnya Fisika pendidikan. Kegiatan itu juga yang mengundang simpati serta dukungan dari luar negeri karena kepeduliannya dalam membina para guru dan keaktifannya di konferensi internasional Fisika. Semua tetap berjalan bersama perannya sebagai seorang ibu dari 3 anak dan istri dari seorang PNS .
Untuk Indonesia Yang Lebih Baik.
Selamat Hari Kartini, April 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H