Keunggulan Jiwa Peneliti dalam Pendidikan Karakter
Menurut Nike, keuntungan besar dari pola pikir, sikap, perilaku anak muda yang terbiasa dalam proses penelitian  adalah pembentukan karakter.
Indonesia masih ketinggalan banyak dari negara-negara maju yang sudah memiliki sikap dan perilaku  yang bisa tumbuh dari pola pikir dan jiwa peneliti yang terkandung dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurutnya, penelitian itu ada dalam kurikulum namun tidak dipraktekkan dalam proses belajar mengajar yang nyata di sekolah. Kerap banyak anak muda berbakat tidak terwadahi.  Padahal mereka memiliki potensi dan benih sumbangsih  karya  bagi dunia.
Namun dari sisi  pendidikan karakter, para peneliti muda dilatih untuk banyak  hal.
Mereka terlatih untuk  selalu ingin tahu, bertanya dan mencari jawabannya secara ilmiah dan faktual . Tumbuh pola pikir  yang kritikal. Tidak terbiasa mengemukakan sesuatu tanpa dibarengi fakta-fakta kebenaran yang mesti diteliti sebab akibat dan kesimpulannya. Penuh pertanggung jawaban.
Pola pikir peneliti selalu berbasis pertanyaan, bertanya, apa, mengapa, bagaimana , dan seterusnya. Juga pola pikir terbuka. Why, why,why , itu yang selalu menyertainya dalam berbagai aspek.
Selain itu peneliti belia menjadi sangat objektif bahkan terbuka terhadap kebenaran yang dikemukakan  orang lain. Seorang peneliti harus mempresentasikan  karya dan pemikirannya, lalu menerima masukan-masukan secara fair dan objektif.
Pola pikir peneliti sejati, seperti seorang saintis,  tidak bisa manipulatif. Karena ia akan berpatokan pada hitungan faktual  dan keletelitian. Diharapkan sikap tidak manipulatif ini menjadi kekuatan  untuk membangun karakter baik, salah satunya kejujuran.
Itu sebabnya Nike  sangat bersemangat dalam menularkan Gerakan Indonesia Meneliti. Dalam status foto WA nya ia menuliskan, For Better Indonesia. Apalagi menyaksikan  kemajuan dan objektifitas
Pendidikan yang tidak Memihak Proses