Awal Membangun Gerakan Peneliti Belia
Sejarah di balik keberhasilan ilmuwan belia tersebut ada kegigihan seorang Nike, panggilan akrab Monika Raharti. Ibu dari 3 anak (yang sudah dewasa dan remaja) ini berpengalaman banyak sebagai pendidik . Pernah menjadi pengajar Fisika tingkat SMA (Taruna Bakti Bandung) , sebagai dosen di jurusan Fisika Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Telkom, ITENAS, serta di Surya University dan lainnya.
Alumni Jurusan Fisika FMIPA ITB ini terpanggil jiwanya saat ia turut berkiprah membantu Yohanes Surya (bersama Surya Institute) dalam menggodok ilmuwan muda lewat kancah kompetisi (ICYS 2005).
Lembaga tersebut mengadakan berbagai lomba secara sporadis dulu di tingkat nasional. Lewat lomba tersebut terjaringlah para peneliti muda berpotensi. Saat itu ditemukan 4 siswa yang berpotensi untuk dikirim ke kompetisi ilmuwan taraf internasional di Polandia, yakni “First Step to Nobel Price”.Di saat itulah Nike banyak menimba pengalaman serta berperan penting dalam proses pembinaan dan pendampingan.
Tahun 2005 , kala pertama kompetisi ini diikuti , salah satu siswa asal Papua (SMAN 1 Serui) meraih sudah berhasil mengantongi medali Perunggu.
Pada saat itulah Nike menyaksikan bahwa bukan hanya kompetisi ilmuwan muda bidang Fisika saja yang dilombakan, tapi berbagai bidang lainnya. Yang terbanyak diminati adalah sains bidang hayati yang menjurus ke arah kedokteran , dan tentang lingkungan hidup.
Sambil mengamati dan mempelajari, ia menyadari, sebenarnya anak muda Indonesia jika difasilitasi dan dibina bisa menyamai para jawara dunia tersebut.
Gagasanpun tumbuh menjadi action. Maka kegiatan menjaring peneliti belia, menyeleksi , membina dan mendampingi mereka berlanjut dari tahun ke tahun dan selalu membuahkan prestasi.
Setelah sekitar 2 sampai 3 tahun berjalan, lajang pencarian bakat peneliti belia yang digerakkan Nike dengan ‘armada’nya sampai ke berbagai pelosok daerah. Melibatkan dinas pendidikan kota/kabupaten dan provinsi.
Tentunya sistem penjaringan dan seleksi yang sangat ‘dikawal’. Semua kriteria , seluruh standarnya, sama persis dengan yang dilombakan di taraf internasional. Pendampingan para juri menjadi hal signifikan. Jadilah Nike memantau , mengaping serta mengarahkan seluruh proses seleksi yang berjalan dengan turun langsung ke lapangan. Meski harus menempuh jarak dari satu daerah ke daerah lainnya, ia tekuni dengan semangat.
“Banyak guru-guru di daerah membutuhkan pendampingan ....,” ungkapnya.