Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monika Raharti, Semangat untuk Indonesia yang Lebih Baik

27 April 2017   15:05 Diperbarui: 28 April 2017   18:01 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Awal Membangun Gerakan Peneliti  Belia

Sejarah di balik keberhasilan ilmuwan belia tersebut  ada kegigihan seorang Nike, panggilan akrab Monika Raharti. Ibu dari 3 anak (yang sudah dewasa dan remaja) ini berpengalaman  banyak sebagai  pendidik . Pernah menjadi pengajar Fisika tingkat SMA (Taruna Bakti Bandung) , sebagai dosen di jurusan Fisika Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Telkom, ITENAS,  serta  di Surya University dan lainnya.

Alumni Jurusan Fisika FMIPA ITB ini terpanggil jiwanya saat ia turut berkiprah membantu Yohanes Surya (bersama Surya Institute) dalam menggodok  ilmuwan muda lewat kancah  kompetisi (ICYS 2005).

Lembaga tersebut  mengadakan berbagai lomba secara sporadis dulu di tingkat nasional. Lewat  lomba tersebut  terjaringlah  para peneliti muda berpotensi. Saat itu ditemukan 4 siswa yang berpotensi  untuk dikirim ke kompetisi ilmuwan taraf internasional di Polandia, yakni  “First Step to Nobel Price”.Di saat itulah Nike banyak menimba pengalaman serta berperan penting dalam proses pembinaan dan pendampingan.

Tahun 2005 , kala pertama  kompetisi ini diikuti , salah satu siswa asal Papua (SMAN 1 Serui) meraih sudah berhasil mengantongi medali Perunggu.

Pada saat itulah Nike menyaksikan bahwa bukan hanya kompetisi ilmuwan muda bidang Fisika saja yang dilombakan, tapi berbagai bidang lainnya. Yang terbanyak diminati adalah  sains bidang hayati yang menjurus ke arah kedokteran , dan  tentang lingkungan hidup.

 Sambil mengamati dan mempelajari, ia menyadari,  sebenarnya anak muda Indonesia jika difasilitasi dan dibina bisa menyamai para jawara dunia tersebut.

Gagasanpun tumbuh menjadi action. Maka kegiatan menjaring peneliti belia, menyeleksi , membina dan mendampingi mereka berlanjut dari tahun ke tahun dan selalu membuahkan prestasi.

Setelah sekitar 2 sampai 3 tahun berjalan,  lajang pencarian bakat peneliti  belia yang digerakkan Nike dengan ‘armada’nya  sampai  ke berbagai pelosok daerah. Melibatkan dinas pendidikan  kota/kabupaten dan provinsi.

Tentunya sistem penjaringan dan seleksi yang  sangat ‘dikawal’. Semua  kriteria , seluruh standarnya, sama persis dengan yang dilombakan di taraf internasional. Pendampingan para juri menjadi hal signifikan. Jadilah Nike memantau , mengaping serta mengarahkan seluruh proses  seleksi yang berjalan dengan turun langsung ke lapangan. Meski harus menempuh jarak dari  satu daerah ke daerah lainnya, ia tekuni dengan semangat.

“Banyak guru-guru di daerah membutuhkan pendampingan ....,” ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun