Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tempo Dulu di Bandung (7), Kenangan Manis , Angkatan Pertama, Penghuni Asrama Putri ITB Gelapnyawang

13 Agustus 2015   14:47 Diperbarui: 23 April 2024   07:08 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghuni asrama putri ITB Sawunggaling tahun 1954, sebelum pindah ke Asrama Jalan Gelapnyawang

Jelang  Reuni Akbar  Alumni Asrama Putri  ITB Gelapnyawang ini , (Reuni dan HBH 15 agustus 2015),  saya ingin mempersembahkan sebuah kado. Hanya sebuah tulisan sederhana. BTW, saya ingin juga mempersembahkan kepada Bunda saya yang merasakan betapa besar jasa keberadaan asrama ini . Berjuta kisah kenangan, perjalanan panjang  asrama putri , yang kini menjadi klinik kesehatan di ITB ini. Lokasinya  di jalan Gelapnyawang, samping Masjid Salman ITB , Bandung.

Dulunya mesjid Salman belum ada. Asrama Putri Gelapnyawang ini sangat sejuk dan asri, di bingkai hamparan rumput dan taman.

(foto lengkap slide  show simak di Youtube  https://www.youtube.com/watch?v=DESmHrS4j0Y )

Untuk tulisan ini saya meminjam pengalaman  Bunda  Nurhayati. Karena foto-foto yang saya unggah memang pemberian beliau.

BTW, menurut Bunda Zuhriati Arie Setiadi (Mbak Jun),  alumni asrama putri ITB Gelapnyawang, alumni S1 FTI ITB 77 dan S3 University of Wollongong Australia ini ,  banyak nama dan prestasi gemilang dari  asrama  bersejarah ini.

 

Sayangnya saya belum berkesempatan mengobrol langsung dengan beliau-beliau ini, one by one. Hanya yang sudah  tampak di pelupuk mata adalah Bunda Zuhriati ini yang bukan hanya aktif kepengurusan di DWP  KemenPUPR,   namun juga seorang dosen , dan pernah  berkarier di Nurtanio (IPTN). Kebetulan, saya mengenal kiprahnya  , sebagai ibu ketua   saya di DWP Balitbang .Dengan gaya kepemimpinan yang demokratis, sangat membimbing dan mengayomi, sekaligus jelas  job-job yang ia paparkan kepada kami.,

Penghuni asrama putri ITB Sawunggaling tahun 1954, sebelum pindah ke Asrama Jalan Gelapnyawang
Penghuni asrama putri ITB Sawunggaling tahun 1954, sebelum pindah ke Asrama Jalan Gelapnyawang
Selanjutnya saya malah lebih mengenal Bunda-bunda yang senior. Bunda Nana Terangna Ginting, dulunya pernah menghuni Asrama Putri Gelapnyawang.

Ijinkan saya menuturkan  kenangan , sebatas yang saya tahu. Mereka yang fotonya terabadikan di tulisan ini. Bunda-bunda senior . 

Bunda Elsye  , saya  mengenalnya di masa kecil saya karena memang sering  berkunjung ke kediaman ibunda saya.  Insinyur Elektro wanita pertama di Indonesia ini adalah dosen senior ITB. Siapapun mengakui  kecerdasan beliau.


Mahasiswa dan mahasiswi ITB, yang wanita penghuni asrama putri Gelapnyawang, saat berdarmawisata . alias travelling ke Bandung Utara , Dago Atas, dekat Curug Dago, dan pembangkit listrik tenaga air PLN, tampak pipa pipa air minum. Wisata jadul.Tampak dalam foto BUnda Elsye, Bunda Sarswati, Bunda Nurhayati
Mahasiswa dan mahasiswi ITB, yang wanita penghuni asrama putri Gelapnyawang, saat berdarmawisata . alias travelling ke Bandung Utara , Dago Atas, dekat Curug Dago, dan pembangkit listrik tenaga air PLN, tampak pipa pipa air minum. Wisata jadul.Tampak dalam foto BUnda Elsye, Bunda Sarswati, Bunda Nurhayati

Bunda Saraswati Suharjo, atau panggilan akrabnya Iyek. Beliau berasal dari Sumut, adik kandung dari alm Bpk Hasrul Harahap (pernah menjadi Menteri Kehutanan di Era Prediden Soeharto). Istri dari alm Bpk Suharjo  (Insinyur asal Solodulu Planolog di Pemerintah Kotamadya Bandung, masa Walikota Oce Junjunan) . Bunda Saraswati ini  dulunya apoteker yang berdinas di DKK Pemkot Bandung. Sebagai pensiunan PNS beliau masih  aktif di GOW Gedung Wanita.

Bunda Tinneke. Ini juga saya kenal baik karena termasuk kelomok sahabat Bunda Nur. Bunda yang biasa saya panggil tante Sul, adalah istri dari Saeful Sulun, yang di era tahun 1980an, sebagai  perwira tinggi ABRI dan petinggi MPR pada masa tersebut.

 

Berfoto ria, mejeng di halaman Asrama Sawunggaling, tampak mahasiswi ITB tahun 1950an, Bunda Nur, Bunda Saraswati Soehardjo, dan lainnya. Sebelum pindah ke srama Putri Gelapnyawang. Selanjutnya berubah menjadi asrama Putra ITB. Sekarang Hotel Bumi Sawunggaling, jalan Sawunggalng Bandung.
Berfoto ria, mejeng di halaman Asrama Sawunggaling, tampak mahasiswi ITB tahun 1950an, Bunda Nur, Bunda Saraswati Soehardjo, dan lainnya. Sebelum pindah ke srama Putri Gelapnyawang. Selanjutnya berubah menjadi asrama Putra ITB. Sekarang Hotel Bumi Sawunggaling, jalan Sawunggalng Bandung.

Bunda  Nur adalah alumni Farmasi ITB tempo dulu. Mengembara ke Kota Bandung dan  tinggal di asrama putri ITB. Lulus dari SMA St Xaverius Palembang  tahun 1954,  bersama karibnya se SMA Halimah, ia mendaftar ke Fakultas MIPA. Waktu itu  jurusan Farmasi adalah salah satu prodinya.



Sudah sekira 2 tahun terakhir beliau tidak lagi menjadi apoteker apotek. Riwayat pekerjaannya pernah menjadi apoteker di Otto Pharmacy Lembang. Pernah di beberapa perusahaan  alias pabrik obat seperti Nellco, Tirtanata,  dan banyak lagi. Sambil menjadi apoteker apotek. Kini aktif sebagai pembina penasehat di YPBW (Yayasan Pendidikan Budi Wanita)  Kota Bandung dan beberapa organisasi.

Ceritanya pada masa itu masuk Technischee Hoogeschool  (ITB)  tidak sesulit masa kini. Tapi  yang berat proses  belajarnya itu. Betul-betul  terbilang  berat. Konon banyak yang keteteran dan memilih hengkang dari perguruan tinggi yang pernah menjadi cabang dari Universitas Indonesia (faklutas tekniknya) itu. Proses belajarnya lumayan panjang.

]

Bunda Nur bersama temannya Bunda Sulastri , dan ayahnya M Yunus, di depan asrama Sawunggaling, tahun 1950an. Bangunan heritage ini sekarang menjadi Hotel Bumi Sawunggaling Bandung.
Bunda Nur bersama temannya Bunda Sulastri , dan ayahnya M Yunus, di depan asrama Sawunggaling, tahun 1950an. Bangunan heritage ini sekarang menjadi Hotel Bumi Sawunggaling Bandung.

Bandung  masih menjadi kota yang super nyaman, sejuk, hegar…. Segar… Penduduknya yang sedikit,  tempat menyepi yang  romantis…. Kabut pagi  meremang dalam semburat  pagi. Pepohonan dan kebun-kebun serta sawah bak permadani hijau.

Pengembara dari kota Pempek di bantaran Sungai Musi ini  tidak langsung menghuni asrama. Ibu Nur dan Ibu Halimah  sempat indekost di jalan Mangga. Ke kampus pakai sepeda kumbang (ontel). Berangkat sepagi mungkin.

Karena lumayan jauh, mereka pindah kos ke jalan Wira angun-angun Bandung.

Dari sesama teman St Xaverius Palembang seangkatannya, ada  sahabat mereka yang juga mengembara ke Bandung. Seperti Pisi Lukito (dokter bedah terkenal tahun 1970an dan 1980an).  Ada juga tokoh pendidikan  St Aloysius dan UNPAR, yakni Peter Co. Yang dulu rumahnya di jalan Cilaki Bandung. Kuliahnya juga sama di Farmasi.

Akhirnya dapat Jatah Asrama

Pernah lihat  Hotel Sawunggaling di Jalan Sawunggaling Bandung?  Dulunya  adalah Asrama Putra Mahasiswa ITB. Tapiiii…., sebelumnya lagi itu adalah asrama putri.

Ketika Asrama Sawunggaling menjadi tempat baru bagi Ibu Nur dan Halimah ini,  ada warna tersendiri yang terekam indah.


Ibu asrama Putri , di Asrama Putri ITB jalan Sawunggaling Bandung tempo dulu, tahun 1950an.
Ibu asrama Putri , di Asrama Putri ITB jalan Sawunggaling Bandung tempo dulu, tahun 1950an.

Kehidupan asrama yang ketat dengan kedisiplinan. Makanan yang sederhana. Ada acara kalau makan pakai telur itu  sudah sangat mewah. Telurnya di belah 2. Bandingkan dengan  anggapan mahasiswi jaman sekarang, telur itu bukan makanan mewah. Biasa saja.. Bahkan sekarang ini ayam goreng juga  masuk katagori  biasa saja. Kalau dulu, itu makanan super istimewa dan kelas atas…

Kamar-kamar yang tersedia  diperuntukkan untuk lebih dari seorang. Jangan bayangkan kamar kos yang nyaman dengan  meja belajar masing-masing. Kamarnya  bisa beberapa orang. Belajarnya di meja makan.

Hidup di asrama, harus siap juga lho berjibaku  dengan gerakan cuci baju, seterika sendiri.  Ada jam-jam yang kita tidak boleh lalai. Misalkan saatnya belajar, saatnya  olahraga dan sebagainya. Mau mandi,  siap-siap antrelah.

Teman-teman yang Jadi Saudara

Nama-nama yang saya dengar dari Bunda  Nur, selain Bunda Halimah, adalah sahabat karib beliau yang sampai hari ini masih bareng dalam organisasi GOW dan YPBW. Beliau adalah Bunda Saraswati Soeharjo. Ada juga  penghuni asrama yang terbilang cantik, seperti Bunda Elsye. Beliau adalah insinyur elektro wanita pertama di Indonesia. Kelak sebagai dosen senior ITB.

Nama lain seperti Bunda  Sulastri (dulu kerja di Departemen PU  dan sebagai dosen). Ada sahabat lainnya seperti Bunda Zul Saeful Sulun, Bunda Tinneke , Bunda Murdiah Rohaji , Bunda Dewi Rahman (putrinya pernah menjadi Putri Remaja Indonesia , versi majalah gadis, Inda Deryanee Rahman), Bunda Ati….. semua  menjadi saudara se asrama. Terjalin rasa kasih sayang, satu sama lain. Kekerabatan yang bersemi indah.

Kakak penulis, Zahra  Betayanti, alumni FT ITB  82, punya karib  sekolah bernama Dewi Andriana Ratih yang pernah menjadi atlet senam . Ibunda nya bernama Tari. Juga aluni asrama putri.

Idris Sardi (alm), Gesekan Biola Cinta

Idris Sardi, musisi dan komposer besar ini sering dijuluki biola maut. Saya lebih suka menyebutnya Biola Cinta. Karena  getaran  gesek snarnya lebih melantunkan  pesona cinta dan kasih sayang.

Kala itu Idris Sardi masih bujangan. Ia berteman dengan mahasiswi biologi  penghuni asrama putri, namanya Bunda Ati. 

Kehadirannya sangat menghibur penghuni asrama. Karena  jemarinya bermain  menghanyutkan di atas tutus tuuts piano. Berdentingan  dan menggema di  bangunan tua  berarsitektur antik ala  Belanda itu.

Saat bersantai di sela-sela kuliah, dan jauh dari orang tua, mereka  kerap bernyanyi bersama dengan iringan permainan musik Sang Maestro, yang  notabene belum terkenal saat itu.

Jangan bayangkan  ada televisi, gadget, HP, iapalagi internet pada masa itu.

Hiburan sepertti radio saja sudah mewah dan hanya dimiliki kalangan kelas atas saja. Itupun langka. Apalagi televisi.  Yang siaran radionya juga  hanya RRI saja. Kalaupun ada musik, pakai Piringan Hitam, juga hanya dimiliki kalangan sangat terbatas.

Karenanya mereka yang main musik dianggap sebagai penghibur  pereda kangen keluarga dan kampung halaman.

Belajar dan Belajar

Bunda  Nana Terangna Ginting, yang pernah menjadi Kapus Puskim pensiunan Puslitbang Sumber Daya Air, Balitbang Kementerian PU (sekarang PUPR), punya cerita indah lain.

Sesama penghuni asrama saling mengajarkan dan berbagi kepandaian. Memotong dan menjahit baju, memotong rambut…. Dilakukan  sebagai  ajang  berbagi. Dulu menjahit  dan memotong baju sendiri lebih hemat dari pada beli baju. Namanya  produsen garmen tidak booming seperti sekarang.

Bunda  Nur belajar banyak mengaji justru saat setelah menghuni asrama. Ia merasa beruntung ada guru yang dengan  ikhlas mengajar bagi penghuni  asrama.

 

Piknik Ke dago

Tentang refreshingnya anak asrama tahun 1950an. Sederhana , tapi manis. Mereka berjalan kaki sejak pagi buta menuju air terjun Dago alias Curug Dago. Berfoto ria dan  bermain di air yang bening dari mata air. Tentu saja airnya masih bersih belum tercemar seperti sekarang.

Berikut foto-fotonya dari koleksi pribadi Bunda  Nur, yang kini sudah jadi milik saya.., karena beliau  takut tak bisa merawat dokumentasi ini dengan baik.


Curug Dago, air terjun mata air, Dago atas Bandung.
Curug Dago, air terjun mata air, Dago atas Bandung.


PLTA jaman dulu, Bandung Tempo Dulu, Tahun 1950an.
PLTA jaman dulu, Bandung Tempo Dulu, Tahun 1950an.

Pindah ke Asrama Putri Gelapnyawang

Karena asrama Sawunggaling akan dijadikan asrama putri, dengan berat hati mereka hengkang  meninggalkan asrama yang menurut mereka lebih nyaman. Piano tua ikut berpindah. Menemani  hari-hari  yang bakal mengantar mereka  menuntaskan kuliah.


Hari Kartini, berkebaya, penghuni asrama Putri ITB Gelapnyawang, 1950an, Bandung Tempo Dulu, penuh kisah kenangan, sejarah asrama putri ITB
Hari Kartini, berkebaya, penghuni asrama Putri ITB Gelapnyawang, 1950an, Bandung Tempo Dulu, penuh kisah kenangan, sejarah asrama putri ITB

Berfoto Ria di taman Ganesha

Pada masa itu  mahasiswi ITB yang menjadi penghuni asrama cukup banyak yang narsis. Mereka suka berpose di Taman Ganesha. Berpakaian  mode rok mengembang ala Cinderella dan berpakaian kebaya saat  hari Kartini.

Bunda Elsye bersama mahasiswi ITB Bandung Tempo Dulu tahun 1950an, penghuni asrama putri Gelapnyawang, kenangan indah jadul.
Bunda Elsye bersama mahasiswi ITB Bandung Tempo Dulu tahun 1950an, penghuni asrama putri Gelapnyawang, kenangan indah jadul.

Makan Jagung Bakar, Itu Spesial lho

Bunda  Nur  beruntung ketika ayahnya dipindah tugaskan dari Palembang ke Jakarta. Bekerja di Kementerian Pendidikan, ayahnya  menjual rumah di Talang Semut Palembang. Dan membeli (VB) di jalan Sukabumi Menteng Jakarta. Jadi jarak orang tua menjadi dekat.

Pada saat itulah ayahnya suka berkunjung ke Bandung. Mengirim makanan. Lalu menraktir temen-teman se asrama makan jagung bakar. Untuk anak perantauan yang jauh dari orang tua, jagung bakar itu makanan mewah lho.

Bunda Nur merupakan salah satu apoteker lulusan ITB tempo dulu , yang diwisuda setelah  punya banyak buntut….   BTW , salah satunya adalah saya tuh….


Bunda Elsye, BUnda Nur, Bunda Saraswati , dan lainnya. Di Taman Ganesha Bandung Tempo Dulu, tahun 1950an, saat berkebaya dan baju daerah, Hari Kartini
Bunda Elsye, BUnda Nur, Bunda Saraswati , dan lainnya. Di Taman Ganesha Bandung Tempo Dulu, tahun 1950an, saat berkebaya dan baju daerah, Hari Kartini

Taman Ganesha Tempo Dulu, tahun 1950an , Bandung Tempo Dulu. Para Penghuni Asrama Putri ITB tengah berpose. Latar belakang, tampak kolam buatan Belanda, dan kuda di jalan Gelapnyawang, serta lapangan tempat penjernihan air PDAM Kota Bandung baheula.
Taman Ganesha Tempo Dulu, tahun 1950an , Bandung Tempo Dulu. Para Penghuni Asrama Putri ITB tengah berpose. Latar belakang, tampak kolam buatan Belanda, dan kuda di jalan Gelapnyawang, serta lapangan tempat penjernihan air PDAM Kota Bandung baheula.


KLIK TAUTAN  INI:  SLIDE SHOW FOTO-FOTO ALBUM 1950AN 

BACA JUGA  KOLEKSI TULISAN KENANGAN/ NOSTALGIA TEMPO DULU LAINNYA :

Jalan Ciumbuleuit Bandung Tempo Dulu (Jadul) DI SINI

Jalan Siliwangi/Babakan Siliwangi Jadul atau tempo dulu DI SINI

Jalan Dago tempo dulu DI SINI

Artis Jadul tahun 1950an  dan 60an baca DI SINI

Kenangan MANIS sepanjang  jalan sekitar Gedung Sate sampai ke  jalan Sumatera Bandung baca DI SINI

Taman lalu Lintas, jadul dengan pop singer contes ala tahun 1970an  dan bina vokalia Ade Irma, baca DI SINI 

Bioskop jadul, PANTI BUDAYA alias VANDA THATER  baca DI SINI

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun